BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Performa impresif Liam Lawson di Grand Prix Azerbaijan sempat mengubah peta persaingan kursi Red Bull musim depan. Pebalap asal Selandia Baru itu finis kelima setelah start dari posisi ketiga, menahan tekanan dari pebalap papan atas hingga lap terakhir. Hasil ini bahkan melampaui rekan setimnya, Yuki Tsunoda, serta kedua pebalap Ferrari.
Namun, menurut Jamie Chadwick, analis F1 sekaligus pebalap penguji Williams, Red Bull tidak bisa menutup mata pada konsistensi Isack Hadjar. Rookie keturunan Prancis-Aljazair itu tampil stabil sepanjang musim dengan capaian Q3 beruntun dan raihan poin reguler, sebuah pencapaian yang jarang ditemui pada pendatang baru.
“Liam memang luar biasa, dari out lap hingga agresivitasnya di trek benar-benar tepat. Tapi Isack justru mengejutkan banyak orang. Untuk ukuran debutan, ia menunjukkan kematangan tinggi,” ucap Chadwick dalam podcast Sky F1 Show.
Baca Juga:
Di Tengah Krisis, Verstappen Jadi Pilar Harapan Red Bull di Formula 1 2025
Perbandingan keduanya memperlihatkan dilema besar bagi Red Bull:
- Liam Lawson → momentum besar dengan performa heroik di Baku, tapi perjalanan musimnya cenderung naik-turun.
- Isack Hadjar → konsisten sejak debut, penuh rasa percaya diri, dan dianggap punya fondasi kuat untuk masa depan.
Jika Red Bull ingin mempertahankan stabilitas jangka panjang, Hadjar dianggap kandidat ideal menggantikan Tsunoda dan mendampingi Max Verstappen.
“Kalau Red Bull hanya membiarkannya di tim junior, itu akan jadi kerugian besar,” tegas Chadwick.
Kini, keputusan ada di tangan manajemen Red Bull: mengikuti arus performa mengejutkan Lawson, atau mengandalkan konsistensi Hadjar yang dianggap sudah matang sejak dini.
(Budis)