BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Kerajinan keramik Plered, Karawang, memiliki sejarah panjang yang kaya, penuh dengan pasang surut dari masa penjajahan hingga era modern.
Meskipun sulit melacak awal mula pastinya, catatan tertulis menunjukkan produksi genteng dan gerabah telah ada sejak tahun 1795, masa penjajahan Belanda.
Era Awal (1795 – 1935)
Produksi awal difokuskan pada genteng tradisional untuk mengganti atap rumah-rumah penduduk. Pada tahun 1904, tokoh-tokoh seperti Dasjan, Sarkun, Wasja, dan Suhara memulai produksi gerabah kasar untuk kebutuhan rumah tangga.
Pengaruh Kolonial dan Perang (1935 – 1949)
Kedatangan perusahaan Belanda, Hendrik De Boa, pada tahun 1935, menandai dimulainya penggunaan glasir dalam produksi gerabah.
Masa penjajahan Jepang membawa penderitaan, namun pabrik De Boa (berganti nama menjadi Toki Kojo) tetap beroperasi.
Produksi keramik nyaris terhenti selama masa kemerdekaan karena banyak pengrajin terlibat dalam perjuangan.
BACA JUGA : 2 Jenis Nirmana dan Pentingnya Mempelajari Seni Rupa
Masa Kejayaan dan Kemunduran (1950 – 1990)
Setelah kemerdekaan, produksi keramik Plered bangkit kembali. Pendirian Induk Keramik pada tahun 1950, di bawah bimbingan Bung Hatta dan Dinas Perindustrian Jawa Barat, menandai masa kejayaan.
Produk-produk berkualitas tinggi bahkan digunakan dalam proyek-proyek nasional seperti Masjid Istiqlal. Namun, Induk Keramik dan pabrik De Boa akhirnya gulung tikar karena kesalahan manajemen.
PT. Asep Abubakar, yang sempat melakukan ekspor, juga mengalami kebangkrutan pada tahun 1990.
Inovasi dan Kebangkitan Kembali (1985 – Sekarang)
Suratani, seorang pengrajin Plered, pada tahun 1985, berinovasi dengan teknik pembakaran tunggal yang menghasilkan produk berkualitas ekspor.
Inovasi ini meraih penghargaan dari Presiden RI dan menghidupkan kembali industri keramik Plered. Industri gerabah terracotta mengalami booming pada tahun 1990-an hingga 2000-an.
Generasi Pengrajin Keramik Plered
- Generasi Pertama (1904-1915): Ki Dasjan, Sarkun, Aspi, dan Entas.
- Generasi Kedua (1920-an): Saad, Tarman, Sura, dan Arsah.
- Generasi Ketiga (1925-an): Darma Kapal, Abu Gani, Soleh, dan Suarno.
(Hafidah Rismayanti/Aak)