BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Khamzat Chimaev akhirnya bisa kembali bertarung di Amerika Serikat setelah hampir tiga tahun tersandung persoalan visa.
Namun meski telah mendapat izin masuk, penantang utama gelar kelas menengah UFC ini tidak yakin akan tampil dalam kartu pertarungan UFC Gedung Putih yang direncanakan pada 2026.
Petarung berdarah Chechnya itu mengaku heran dengan keterlibatan politik dalam dunia olahraga, terutama dalam rencana UFC menggelar pertarungan di halaman Gedung Putih simbol kekuasaan politik tertinggi di Amerika.
“Saya tidak mengerti kenapa mereka mau menggelar pertandingan di sana. Kenapa politik digabung dengan olahraga? Entahlah,” ujar Chimaev dalam wawancara dengan MMA Fighting.
Chimaev mengaku hanya ingin menjadi atlet, tanpa terlibat urusan politik yang justru sempat membuatnya sulit berkarier. Ia merujuk pada sanksi terhadap Ramzan Kadyrov, pemimpin Chechnya yang dekat dengannya, sebagai penyebab utama visanya ditolak sejak 2020.
“Saya hanya bertarung dan berlatih untuk keluarga saya. Saya bukan bagian dari politik. Tapi entah kenapa saya ditempatkan seperti sampah politik,” ujarnya.
Baca Juga:
UFC Kelas Menengah Memanas, Dricus du Plessis Tantang Khamzat Chimaev
Meskipun kini sudah mendapatkan visa kembali berkat dukungan dari Presiden AS Donald Trump, ia tetap merasa khawatir tampil di Gedung Putih.
“Lihat wajah saya. Saya rasa tidak (bisa tampil di sana). Mereka mungkin malah deportasi saya ke kamp imigran,” canda Chimaev.
Rencana menggelar UFC di Gedung Putih diumumkan langsung oleh Trump dan CEO UFC Dana White, sebagai bagian dari perayaan ulang tahun ke-250 Amerika Serikat pada 2026.
Namun wacana ini belum sepenuhnya diterima semua pihak, termasuk dari kalangan atlet sendiri.
Chimaev, yang akan menghadapi juara bertahan Dricus du Plessis di UFC 319 di Chicago pada 16 Agustus 2025, mempertanyakan urgensi acara tersebut.
“Olahraga seperti MMA itu justru menyatukan semua negara. Tapi sekarang malah dibawa ke arah politik. Itu bukan caranya,” tegasnya.
Kasus Chimaev hanyalah salah satu contoh bagaimana politik bisa memengaruhi karier atlet, bahkan tanpa keterlibatan langsung.
Mulai dari pembatasan visa, citra di media, hingga kemungkinan tampil di panggung besar seperti UFC Gedung Putih.
Meski tetap berharap diberi kesempatan, Chimaev memilih untuk fokus pada pertarungan berikutnya dan menyerahkan urusan politik kepada mereka yang memang mencari panggung di sana.
(Budis)