BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Pameran seni yang bertajuk Observasi telah dibuka sejak Jumat (17/1/2025) di Lawangwangi Creative Space jalan Dago Giri No.99A Mekarwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Pameran yang menampilkan karya-karya dari 17 seniman ini gratis untuk umum. Pameran seni dibuka sejak 17 Januari 2025 hingga 10 Februari 2025.
Ada beberapa keunikan dari pameran seni Observasi ini, salah satunya tidak ada informasi terkait judul, deskrispsi dan identitas seniman pada masing-masing karya.
Pemaknaan Bebas
Pengunjung dapat bebas memaknai karya-karya yang dipamerkan. Pameran ‘Observasi’ menawarkan sebuah ruang dam mekanisme pameran eksperimental.
Pameran ini mendudukkan pembacaan karya oleh audiens sebagai pijakan utama pembangun narasi dan pematik diskusi dalam kelangsungannya.
Para pengunjung dapat menafsirkan karya-karya yang ada di sana dalam bentuk kartu suara tanpa nama yang dibagikan saat menghadiri pameran.
Pada kartu suara tersebut, pengunjung bebas mengungkapkan apa yang mereka rasakan dan pikirkan saat melihat karya yang dipamerkan.
Nantinya, kartu suara tersebut akan didiskusikan bersama kurator pada 4 Februari 2025 mendatang. Dengan konsep seperti ini, beberapa pengunjung merasa kagum karena dapat berekspresi lewat pandangan.
“Waktu Pertama kali saya masuk ke sini Saya kagum dengan konsep pamerannya yang pengunjungnya bisa berekspresi lewat pandangan,” ujar Agi, salah satu pengunjung pameran ‘Observasi’.
BACA JUGA: Pameran Seni Rupa Eropa di Belanda Bakal Lelang Manuskrip Al Quran Langka
Salah satu pengunjung, Agi, juga mengungkapkan bahwa pameran ini menjadi sebuah wajah baru dengan konsep tersebut.
“Pameran tersebut ini menjadi sebuah wajah baru di pameran gitu ya dengan konsep yang seperti ini dan jarang, bahkan saya juga belum pernah melihat pameran dengan konsep yang serupa,” ujarnya.
Salah satu karya yang menarik pengunjung adalah adalah karya yang dapat dipukul dan karya yang menyerupai kain yang di tenun.
Karya yang menyerupai kain yang ditenut tersebut merupakan kawat-kawat yang disambungkan.
“Saya suka yang bagian kita bisa memukul karya itu menjadi sebuah ekspresif yang dari sebuah karyanya tersendiri dan ada satu lagi yang kawat dibuat seperti sulam kain karena main glowing dan saat melihat pertama kali wow gitu,” ujarnya lagi.
(Magang UIN SGD/ Irma Prita-Aak)