Ketika Warna Memiliki Rasa dan Suara Memiliki Rupa: Eksplorasi Kognitif Persepsi Sinestesia

Editor:

[galeri_foto] [youtube_embed]

Bagikan

BANDUNG, SUARMAHASISWAAWARDS – Dalam tubuh manusia memiliki panca indra seperti penglihatan (mata), pendengaran (telinga), penciuman (hidung), pengecap (lidah) dan peraba (tangan).

Kita tahu ada kondisi kognisi yang disebut buta wara atau defisiensi penglihatan warna, di mana kemampuan individu mengalami gangguan pada reseptor matanya ketika melihat warna dan melibatkan interpretasi pada otak. Namun, apakah kita pernah mendengar sinestesia? Kondisi dimana neurologis menggabungkan kemampuan indra pada manusia dan menghasilkan persepsi yang beragam pada otak.

Sinestesia penting untuk kita bahas karena ini menunjukan betapa beragamnya cara otak manusia memproses informasi, yang mana bisa membantu kita lebih sadar dengan adanya variasi kognitif di sekitar kita. Selain itu, dengan mempelajari sinestesia, kita bisa mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana otak dan persepsi itu bekerja, terutama tentang koneksi antar indra.

Yang paling krusial, fenomena unik ini juga bisa menjadi inspirasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya di bidang neurosains dan psikologi kognitif, jika suatu saat ada penemuan baru yang lebih membuka mata kita tentang kerja otak manusia.

Apa itu Sinestesia?

Sinestesia (synesthesia) berasal dari kata Yunani Kuno yaitu σύν (syn) yang berarti “bersama” atau “dengan” dan αἴσθησις (aísthēsis) yang berarti “persepsi” atau “sensasi”, dapat disimpulkan sinestesia berarti “persepsi bersama” atau “sensasi bersama” ini merujuk pada fenomena di mana satu jenis stimulus dapat mengasilkan pengalaman persepsi lain secara bersamaan. Sinestesia adalah kondisi bawaan di mana stimulus sensorik atau kognitif (misalnya, suara, kata-kata) menyebabkan persepsi lintas-modal tambahan yang tidak biasa (misalnya, suara memicu warna, katakata memicu rasa). (Kaitlyn & Julia, 2015).

Karakteristik utama sinestesia meliputi sifatnya yang involunter (tidak sukarela), yang berarti pengalaman sinestetik terjadi di luar kendali sadar dari individu, tidak seperti pengalaman imajinatif yang bersifat volunter dan fleksibel, dapat berubah sesuai keinginan individu.

Sinestesia memiliki konsistensi yang kuat, grafem-warna, misalnya, mengalami warna yang dipicu oleh membaca, mendengar, mengucapkan, atau memikirkan grafem (misalnya, a = merah; Simner, Glover, & Mowat, 2006) hal ini menghasilkan pengalaman yang sama dari waktu ke waktu. Selain itu, pengalaman sinestetik bersifat generik, cenderung mendasar dan sederhana (seperti warna, bentuk atau rasa), seringkali sinestetik memilki kualitas afektif, menimbulkan respons emosional atau perasaan tertentu pada individu (Ward, J. et al. 2005).

Penting untuk ditekankan bahwa sinestesia bukanlah sebuah gangguan, melainkan sebuah variasi yang unik dalam pemrosesan sensorik. Sinestesia diperkirakan timbul dari kelebihan koneksi kortikal atau disinhibisi sirkuit yang ada (atau keduanya, untuk tinjauan; Bargary & Mitchell, 2008).

Tipe-tipe Sinestesia yang Umum

Sinestesia memiliki beragam bentuk, dimana stimulasi pada satu indra secara tidak sengaja memicu pengalaman pada indra lain. Beberapa jenis sinestesia yang umum meliputi:

  • Grapheme-color synesthesia (huruf/angka-warna), di mana huruf atau angka secara otomatis memicu persepsi warna tertentu. Misalnya, huruf ‘B’ mungkin selalu dilihat atau dibayangkan berwarna biru oleh seorang sinestet graphemewarna (Cytowic & Eagleman, 2009).
  • Sound-color synesthesia (suara-warna), di mana suara, seperti suara percakapan , nada musik bahkan suara lingkungan memicu persepsi warna. Misalnya, Mendengarkan suara piano dengan nada C mayor dapat menghasilkan pengalaman melihat warna hijau cerah (Ward, 2013).
  • Number form synesthesia (bentuk angka dalam ruang), di mana angka-angka tersusun secara geografis dalam pikiran individu, seringkali membentuk peta jiwayang konsisten unik dan spesifik. Misalnya melihat angka ‘5’ selalu berada lebih jauh di kiri dan sedikit di atas angka ‘6’ dalam ruang mental mereka (Seriès et al., 2009).
  • Lexical-gustatory synesthesia (kata-rasa), sinestetik ini melihat kata-kata, baik diucapkan maupun dibaca, memicu sensasi rasa di lidah. Misalnya kata “meja” mungkin terasa seperti tekstur berpasir atau memiliki rasa seperti kopi (Simner & Ward, 2006).

Selain jenis-jenis ini, terdapat variasi sinestesia lainnya yang lebih jarang, seperti:

  • Ordinal-linguistic personification, angka 7 mungkin terasa memiliki karakter seperti tinggi dan pemalu bagi individu yang memiliki sinestetik ini. Di manamelihat angka, huruf, hari atau bulan memiliki kepribadian.
  • Spatial-sequence synesthesia, melihat urutan seperti hari atau bulan terasa memiliki lokasi spesifik dalam ruang, dan
  • Mirror-touch synesthesia, melihat orang lain disentuh menimbulkan sensasi sentuhan pada diri sendiri.

Mekanisme Kognitif dan Neurobiologis Sinestesia

Dari perpektif kognitif, banyak teori untuk menjelaskan mekanisme yang mendasari sinestesia. Salah satu teori yang paling populer yaitu cross-activation (aktivasi silang), yang menyatakan bahwa pengalaman sinestetik terjadi akibat adanya aktivasi tidak lazim antar area otak yang berbeda, yang seharusnya memproses informasi sensorik terpisah (Simner & Hubbard, 2013).

Selain itu, dalam membentuk pengalaman sinestetik terdapat pemrosesan bottom-up (dari stimulus sensorik) dan top-down (berdasarkan ekspektasi dan pengetahuan sebelumnya) yang sangat krusial untuk dipahami karna sifatnya yang subjektif dan bervariasi antar individu. Dari perspektif neurobiologis, menggunakan teknik neuroimaging dalam penelitiannya seperti functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI) dan Electroencephalography (EEG) yang secara konsisten menunjkan adanya perbedaan struktural dan fungsional pada otak individu dengan sinestesia dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalaminya (Hubbard & Ramachandran, 2005).

Perbedaan ini seringkali berupa konektivitas saraf yang atipikal atau berlebihan antar area sensorik yang berbeda, yang mendukung gagasan adanya aktivitas silang. Lebih mendalam, studi pada keluarga dengan riwayat sinestesia menunjukan adanya faktor genetik yang kemungkinan berkontribusi terhadap kecenderungan seseorang untuk mengembangkan kondisi ini (Asher et al., 2006).

Penting untuk ditekankan bahwa sinestesia bukanlah sebuah gangguan, melainkan sebuah variasi yang unik dalam pemrosesan sensorik. Sinestesia diperkirakan timbul dari kelebihan koneksi kortikal atau disinhibisi sirkuit yang ada (atau keduanya, untuk tinjauan; Bargary & Mitchell, 2008).

(Shafkilla Julia Rossalina/Universitas Indonesia Membangun INABA)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
iran serang balik israel
Tegang, Iran Serang Balik Israel Malam-malam
spmb jabar 2025-7
Status Verifikasi Pendaftar SPMB Jabar 2025 'Sedang Diperiksa' Maksudnya Apa?
Design Grafis Menjadi Bahasa Universal Dalam Era Komunikasi Digital
Design Grafis Menjadi Bahasa Universal Dalam Era Komunikasi Digital
EIGER Kenalkan Zero Waste Mountain Bulu Baria Gunung Terbersih Pertama di Sulawesi
Dari Indofest 2025, EIGER Kenalkan Zero Waste Mountain Bulu Baria Gunung Terbersih Pertama di Sulawesi
Kemenlu RI Sebut Jumlah WNI di Taheran Capai 386 Orang
Ketegangan Israel-Iran Makin Panas, Kemenlu RI Sebut Jumlah WNI di Taheran Capai 386 Orang
Berita Lainnya

1

Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Sinden

2

Fokus yang Hilang: Kesadaran Tak Lagi Menyatu dalam Perspektif Psikologi Kognitif

3

Link Live Streaming Timnas Indonesia vs Hongkong AVC Women’s Nations Cup 2025 Selain Yalla Shoot

4

Quantum AI dan Perang Data: Dunia Dikuasai Algoritma Bagaimana dengan Manusia?

5

Ketika Warna Memiliki Rasa dan Suara Memiliki Rupa: Eksplorasi Kognitif Persepsi Sinestesia
Headline
Indonesia vs Iran
Link Live Streaming Timnas Indonesia vs Iran AVC Women’s Nations Cup 2025 Selain Yalla Shoot
David da Silva Resmi Hengkang Dari Persib
David da Silva Resmi Hengkang Dari Persib
Fabio-Quartararo-7
Pengembangan Motor Jalan di Tempat, Fabio Quartararo Kirim Sinyal Hengkang dari Yamaha
guru sekolah rakyat
Pemerintah Butuh 1.554 Guru Sekolah Rakyat, Bakal Diangkat Jadi ASN!

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.