BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Gunung Merapi, gunung berapi aktif di Jawa Tengah, tak hanya terkenal karena keindahannya, tetapi juga misteri dan legenda yang telah mengakar kuat di masyarakat sekitar.
Bagi sebagian orang, Merapi memiliki kekuatan magis, bahkan menjadi titik sentral dalam garis imajiner yang menghubungkan Laut Selatan, Keraton Yogyakarta, dan puncak Merapi.
Kepercayaan akan keberadaan Kerajaan Lelembut di Merapi, kerajaan makhluk halus, telah ada sejak zaman dulu dan masih lestari hingga kini.
Meskipun mitos, kepercayaan ini mengandung nilai-nilai positif yang selaras dengan upaya pelestarian alam.
Di Kerajaan Lelembut Merapi, terdapat sejumlah pantangan yang tak boleh melanggarnya, seperti:
- Pantangan menebang pohon: Menunjukkan penghormatan terhadap alam dan pentingnya menjaga kelestarian hutan di sekitar Merapi.
- Pantangan berbicara kasar: Mengajarkan pentingnya sopan santun dan menghormati alam.
- Pantangan buang air kecil sembarangan: Menekankan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
- Pantangan memindahkan benda-benda: Mengajarkan rasa hormat terhadap alam dan lingkungan.
- Pantangan merusak alam: Menekankan pentingnya menjaga kelestarian alam dan ekosistem.
Penunggu Kerajaan Lelembut
Selain kepercayaan akan Kerajaan Lelembut, mitos juga menceritakan sosok-sosok sentral penunggu di Merapi. Yang paling terkenal adalah Mbah Petruk.
Setiap kali Gunung Merapi menunjukkan peningkatan aktivitas, warga kerap menghubungkannya dengan kemunculan Mbah Petruk yang bertugas memberitahu warga akan adanya bahaya dari Merapi yang sedang ‘Nduwe Gawe’.
Mbah Petruk, menurut cerita rakyat, memberikan peringatan dan petunjuk untuk menyelamatkan diri saat Merapi mulai menggeliat.
Kedatangannya ditandai dengan suara seperti terompet, yang diartikan sebagai suara aktivitas di perut Gunung Merapi.
Selain Mbah Petruk, terdapat sosok-sosok penunggu lainnya:
- Empu Rama dan Empu Permadi: Mengelola Kerajaan Lelembut, berperan penting dalam struktur pemerintahan.
- Nyai Gadung Melati: Memelihara keasrian alam sekitar Merapi, komandan pasukan lelembut yang tinggal di Gunung Wutoh, salah satu titik paling angker di Merapi.
- Eyang Sapujagad: Mendiami Pasar Bubrah di areal kawah Merapi, mengatur keadaan alam Merapi, dan berperan penting dalam menentukan meletus atau tidaknya Merapi.
- Kyai Krincing Wesi dan Branjang Kawat: Anak buah Eyang Sapujagad, membantu mengatur keadaan Merapi.
- Kyai Sapuangin: Mengatur kecepatan angin ketika Merapi meletus, penting untuk mengetahui arah sebaran abu vulkanik.
- Eyang Megantara: Mengatur cuaca dan udara Gunung Merapi.
- Kyai Kartadimedjo: Memberikan pesan dari jagat lelembut Merapi kepada warga sekitar, menjaga ternak milik warga.
BACA JUGA : Hubungan Antara Nyi Roro Kidul dengan Kerajaan Mataram
Mitos sebagai Kearifan Lokal
Mitos tentang penunggu Kerajaan Lelembut Merapi, meskipun hanya cerita rakyat, patut dihormati. Masyarakat mempercayainya sebagai bagian dari upaya memahami perilaku alam dalam bingkai kearifan lokal.
Kepercayaan ini, meskipun tampak mistis, mengandung nilai-nilai positif yang ada dalam kehidupan sehari-hari, seperti menjaga kelestarian alam, menghormati lingkungan, dan hidup berdampingan dengan alam secara harmonis.
(Hafidah Rismayanti/Budis)