BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Ramai kabar di media sosial yang menyebut Presiden Joko Widodo menderita Steven Johnson Syndrome (SJS), penyakit kulit langka yang berbahaya.
Namun, informasi itu langsung dibantah oleh ajudan Presiden Kompol Syarif Fitriansyah. Ia menegaskan bahwa kabar tersebut tidak benar alias hoaks.
Syarif menjelaskan, Presiden Jokowi tidak menunjukkan gejala SJS, seperti rasa panas menyengat atau gatal berlebihan. Yang terjadi hanyalah reaksi alergi kulit ringan, bukan penyakit serius atau kondisi autoimun.
Alergi tersebut diduga muncul karena perubahan cuaca ekstrem setelah Jokowi melakukan perjalanan ke Vatikan. Gejalanya baru terlihat beberapa hari setelah beliau kembali ke Indonesia.
Saat ini, Presiden menjalani perawatan ringan di rumah pribadinya di Solo bersama tim dokter. Kondisi kesehatannya secara umum tetap baik bahkan sudah bisa bersepeda, bermain dengan cucu, sarapan bersama keluarga, dan menerima tamu seperti biasa. Presiden Jokowi sendiri telah memberi klarifikasi kepada media.
Ia memastikan bahwa kondisi kulitnya hanyalah alergi biasa, bukan SJS seperti yang ramai dibicarakan di dunia maya. Dengan kata lain, tidak ada gangguan kesehatan serius yang sedang ia alami.
Apa Itu Sindrom Steven-Johnson
Melansir Mayo Clinic, Sindrom Stevens-Johnson (SJS) adalah penyakit langka yang menyerang kulit dan lapisan lendir seperti di mulut, mata, dan alat kelamin. Penyakit ini biasanya muncul sebagai reaksi terhadap obat atau infeksi tertentu.
Awalnya, gejalanya mirip seperti flu, misalnya demam, lelah, dan sakit tenggorokan. Tak lama kemudian muncul ruam merah yang menyakitkan, lalu kulit bisa melepuh dan mengelupas seperti luka bakar.
Kulit yang rusak ini akan rontok dan proses penyembuhannya bisa memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Dalam kasus yang sangat parah, kondisi ini bisa berubah menjadi nekrolisis epidermis toksik (TEN), yaitu di mana lebih dari 30% kulit tubuh rusak.
Ini termasuk kondisi gawat darurat medis yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bahkan ICU.
Pengobatan Sindrom Steven-Johnson
Pengobatan untuk SJS umumnya dilakukan di rumah sakit. Dokter akan menghentikan obat penyebabnya (jika diketahui), mengobati luka kulit, memberikan obat untuk meredakan nyeri, dan mencegah infeksi.
Perawatan ini juga bertujuan untuk membantu kulit pulih secara bertahap. Gejala Sindrom Steven-Johnson muncul 1–3 hari sebelum ruam antara lain:
- Demam
- Sakit tenggorokan dan mulut
- Lemas
- Mata terasa perih atau terbakar
- Setelah itu, akan muncul gejala seperti:
- Nyeri pada kulit
- Ruam merah atau keunguan yang menyebar
- Lepuh di kulit dan pada mulut, hidung, mata, atau alat kelamin
- Kulit mengelupas beberapa hari setelah munculnya lepuh
Penyebab Sindrom Steven-Johnson
Penyebab pasti Sindrom Steven-Johnson tidak selalu bisa diketahui, tapi kebanyakan kasus dipicu oleh:
1. Obat-obatan tertentu, seperti:
- Obat asam urat (misalnya allopurinol)
- Obat kejang dan gangguan mental (antikonvulsan dan antipsikotik)
- Antibiotik dari golongan sulfa
- Obat HIV seperti nevirapine
- Obat penghilang nyeri seperti parasetamol, ibuprofen, dan naproksen
Baca Juga:
Apa Itu Sifilis? Cek Penyebab dan Tahapan Penyakit Mengerikan Ini
2. Infeksi pneumonia atau HIVB
Siapa yang berisiko lebih tinggi mengalami Sindrom Steven-Johnson? Beberapa orang lebih rentan terkena Sindrom Steven-Johnson, yaitu:
- Penderita HIV/AIDS
- Orang dengan sistem imun lemah (misalnya pasca transplantasi organ)
- Pasien kanker, khususnya kanker darah
- Orang yang pernah terkena SJS sebelumnya akibat obat tertentu
- Mereka yang memiliki anggota keluarga yang juga pernah mengalami SJS
- Orang dengan faktor genetik tertentu, seperti gen HLA-B*1502, yang umum pada keturunan Asia
Jadi itu merupakan penjelasan tentang Sindrom Steven-Johnson yang bisa kamu ketahui. Terima kasih telah membaca artikel ini!
(Anisa Kholifatul Jannah)