BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Tiga mahasiswa Rekayasa Pertanian Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Rekayasa (SITH-R) Institut Teknologi Bandung (ITB), Salwa Salsadila, Kezia Wira Keren, dan Diola Suprapti, mereka membuat inovasi pembalut biodegradable dari limbah pisang.
Ketiga mahasiswa ini sukses meraih juara 3 dalam Business Plan Competition di ajang Agricultural Food Competition (AFC) Season 16.
Kompetisi ini diadakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman dan berlangsung dari 1 Januari hingga 23 Februari 2025.
Inovasi Berbasis Keberlanjutan di Ajang Bergengsi
Dilansir dari laman resmi ITB pada Jumat (28/3/2025), AFC Season 16 mengusung tema “The Actualization of Sustainable Development Goals through Agricultural Innovation in the Society 5.0 Era”.
Tujuannya adalah untuk mendorong generasi muda mengembangkan ide bisnis inovatif di bidang pertanian berkelanjutan.
Tim The Bananabees, yang terdiri dari Salwa, Kezia, dan Diola, bersaing dengan tim dari berbagai universitas ternama, seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED), dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Dalam kompetisi ini, mereka memilih subtema Utilization of Agriculture Waste and Material dengan fokus pada pengelolaan limbah secara berkelanjutan. Tim The Bananabees mengusulkan Mennapads, inovasi pembalut biodegradable berbahan dasar pelepah pisang.
Solusi Ramah Lingkungan untuk Kesehatan Wanita
Mennapads hadir sebagai solusi atas dua permasalahan utama:
1. Mengurangi Limbah Plastik Pembalut Konvensional
Saat ini, sekitar 95% wanita di Indonesia menggunakan pembalut sekali pakai, yang menyumbang hingga 26 ton sampah plastik setiap harinya. Dengan Mennapads, limbah plastik ini dapat diminimalkan, mengurangi pencemaran lingkungan secara signifikan.
2. Pemanfaatan Limbah Pertanian
Pelepah pisang diolah menjadi lapisan penyerap alami yang menggantikan bahan sintetis dalam pembalut konvensional.
“Dalam produksi pisang, satu pohon hanya menghasilkan satu tandan sebelum ditebang. Ini menyebabkan peningkatan limbah pelepah pisang hingga 640.000 batang per tahun, yang umumnya tidak dimanfaatkan. Kami melihat limbah ini sebagai peluang besar untuk diolah menjadi produk bernilai tinggi,” Jelas Salwa.
Selain ramah lingkungan, Mennapads juga mendukung ekonomi sirkular dengan memberdayakan petani lokal dan membuka peluang ekonomi baru di sektor pertanian.
BACA JUGA:
Pemdes Sindangasih Ciamis Rotasi Perangkat Desa Jelang Lebaran, Ada Apa?
Prabowo Sebut Korupsi jadi Akar Kemunduran Sektor Pendidikan hingga Penelitian
Bimbingan Akademik dan Visi Keberlanjutan
Selama kompetisi, The Bananabees dibimbing oleh Dr. Indrawan Cahyo Adilaksono, S.TP., M.Agr.Sc., dari Kelompok Keahlian (KK) Agroteknologi dan Teknologi Bioproduk SITH ITB. Dengan arahan dari Dr. Indrawan, tim ini berhasil memperkuat konsep bisnis dan pengembangan produk sesuai standar inovasi pertanian berkelanjutan.
Tema “Save Soil for a Brighter Future” yang diusung dalam kompetisi sangat relevan dengan visi tim The Bananabees.
Mereka menekankan bahwa keberlanjutan pertanian harus menjadi perhatian utama, mengingat degradasi tanah akibat pencemaran dan praktik pertanian yang tidak ramah lingkungan dapat mengancam ketahanan pangan serta kesejahteraan petani di masa depan.
Dengan mengolah limbah pertanian menjadi bahan baku industri, Mennapads diharapkan bisa menjadi solusi nyata terhadap permasalahan lingkungan.
Ke depannya, tim The Bananabees berharap dapat mengembangkan produk ini lebih lanjut untuk diproduksi secara massal, sehingga dapat memberikan manfaat lebih luas bagi lingkungan dan kesehatan wanita.
(Hafidah Rismayanti/Usk)