BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Ada empat isu prioritas yang dibahas dalam Indonesia Africa Forum (IAF) 2024, di Bali hal tersebut disampaikan Wamenlu RI Pahala N Mansury membeberkan, Keempat isu prioritas tersebut, Indonesia dan Afrika membahas kerja sama ekonomi di sektor ketahanan pangan, energi, dan mineral
Sektor Pangan
Pada sektor ketahanan pangan, Pahala menjelaskan bahwa Indonesia menilai Afrika miliki potensi besar sebagai pasar nontradisional. Terlebih, kondisi alam dan lahan di Afrika miliki potensi baik.
“Afrika memiliki potensi seperti lahan yang luas dan iklim yang baik. Serta potensi perdagangan dan rantai pasok sektor pangan yakni pupuk dan pengembangan biofuel,” kata Pahala dalam keterangan persnya, dikutip Minggu (1/9/2024).
Sektor Ketahanan Energi
Pada sektor ketahanan energi, Pahala mengungkapkan bahwa Afrika menyimpan 10 persen cadangan minyak dunia. Menurutnya, hal tersebut menjadi peluang bisnis besar untuk Indonesia.
“Menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan kerja sama di bidang energi, baik fosil maupun terbarukan. Kita harap ada beberapa pengembangan energi baru terbarukan seperti tenaga surya ataupun geothermal, masih dijajaki terus,” ucap Pahala.
Sektor Kesehatan
Pada sektor kesehatan, Pahala menuturkan, kebutuhan obat, vaksin, dan alat kesehatan di Afrika cukup tinggi. Kerja sama antara Biofarma dan Kimia Farma dengan negara-negara Afrika terbuka lebar.
“Di sektor kesehatan cukup banyak kesempatan, dan kita juga ajak dari Biofarma dan Kimia Farma. Kimia Farma sudah mulai dari beberapa negara tertentu, kita berharap juga bahwa ini bisa terus dilanjutkan,” ucap Pahala.
Sektor Ketahanan Mineral Kritis
BACA JUGA: IAF 2024 di Bali, Jadi Pintu Masuk Pengusaha RI ke Pasar Afrika
Kemudian, isu keempat tentang ketahanan mineral kritis juga penting dalam transisi energi global. Indonesia dan Afrika memiliki cadangan mineral seperti nikel, kobalt, grafit, dan mangan.
“Jadi 55 persen dari cadangan kobalt dunia adanya di Afrika. Ini menjadi salah satu hal dengan upaya Indonesia membangun hilirisasi, khususnya terkait hilirisasi mineral kritis,” ujar Pahala.
(Usk)