BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Presiden Donald Trump mengumumkan rencana untuk memberlakukan tarif sebesar 50 persen untuk seluruh impor tembaga ke Amerika Serikat. Pengumuman tersebut membuat harga tembaga melonjak ke rekor tertinggi pada Selasa (8/7/2025).
Rencana penetapan tarif 50 persen untuk bea masuk tembaga ini disampaikan Trump dalam rapat Kabinet di Gedung Putih pada hari Selasa.
“Saya yakin tarif untuk tembaga akan kami tetapkan sebesar 50 persen,” ucap Trump, seperti dikutip dari Antara.
Mengutip Trading Economics, kontrak berjangka tembaga melonjak ke rekor tertinggi di atas US$5.8 per pon sebelum mundur ke sekitar US$5.5 per pon pada penutupan Selasa (8/7/2025).
Sementara itu, harga tembaga berjangka Comex AS melonjak lebih dari 17 persen ke rekor tertinggi usai pengumuman Trump tersebut, sebelum turun lebih dari 4 persen pada perdagangan Rabu (9/7/2025), seperti dikutip dari Bloomberg Technoz.
Jika diberlakukan, tarif baru ini akan menjadikan tarif impor tembaga ke Amerika Serikat sejajar dengan tarif 50% yang sudah lebih dahulu dikenakan pada baja dan aluminium.
Hal ini diprediksi akan memperburuk ketegangan perdagangan dan memperkuat volatilitas di pasar logam.
Baca Juga:
Dipicu Kebijakan Tarif AS, Harga Minyak Dunia Naik
Donald Trump Surati Prabowo, Tetapkan Kenaikan Tarif Baru Hingga 32%
Usai pengumuman Trump tersebut, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menyampaikan bahwa tarif tembaga kemungkinan akan diberlakukan pada akhir Juli atau 1 Agustus.
Lutnick mengatakan bahwa Trump akan mengunggah rinciannya di akun media sosial Truth Social miliknya pada hari Selasa. Namun hingga kini, Trump belum mengumumkan terkait pemberlakuan tarif ini secara resmi.
Amerika serikat menyatakan bahwa langkah penetapan tarif baru ini bertujuan untuk mendorong produksi tembaga dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada pasokan asing.
Tembaga digunakan di banyak sektor maupun industri di Amerika Serikat, termasuk industri mobil Listrik, elektronik, hingga sektor konstruksi. Namun saat ini AS mengimpor hampir setengah dari kebutuhan tembaganya tiap tahun.
Adapun Cile, Kanada, dan Peru yang merupakan tiga pemasok tembaga terbesar ke AS telah menyampaikan kepada pemerintah AS bahwa ekspor mereka tidak membahayakan industri domestik dan semestinya tidak dikenakan tarif. Ketiga negara tersebut memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS.
Hingga kini sejumlah negara, perusahaan tambang, dan asosiasi dagang pun masih menunggu kejelasan lebih lanjut terkait rencana tarif impor tembaga 50 persen dari Trump.
(Raidi/Aak)