BANDUNG,TM.ID: Tiga pilihan nasib diberikan untuk Israel dari Hamas jika mereka masih melakukan agresi di Jalur Gaza.
Petinggi Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), Osama Hamdan memberikan tiga pilihan itu untuk Israel. Dia menyoroti kegagalan Israel dalam membebaskan sandera yang ada di Jalur Gaza. Dan malah menembak tiga sandera di hari Jumat (15/12) lalu.
“Posisi kami tegas yaitu, tidak ada pembicaraan negosiasi sebelum menghentikan agresi,” ucap Osama Hamdan kepada Al-Mayadeen, dikutip Senin (18/12/2023).
Osama menekankan, kalau Hamas mampu bertahan selama berbulan-bulan untuk melakukan perlawan terhadap tentara zionis.
BACA JUGA: Diteguk Tentara Zionis Israel, Air Minum Sirma Dihujani Boikot
“Pendudukan mempunyai pilihan berikut. Pilihan (Gilad) Shalit, pilihan tentara yang terbunuh oleh peluru rekan-rekan mereka, atau pilihan Ron Arad,” jelas Osama Hamdan menyebutkan apa yang terjadi terhadap tentara Israel di masa lalu.
Gilad Shalit adalah seorang tentara Israel, yang diculik Brigade Al-Qassam di tahun 2006.
Israel pun mencoba untuk menemukan Gilad Shalit selama bertahun-tahun meskipun melancarkan lebih dari satu agresi terhadap Jalur Gaza. Sampai Hamas berhasil menukarnya dengan lebih dari seribu tahanan di tahun 2011. Termasuk Yahya Sinwar seorang pemimpin Hamas sekarang.
Adapun Ron Arad, seorang pilot Israel dengan jejaknya yang hilang di Lebanon usai pesawatnya ditembak jatuh di tahun 1986.
“Israel tidak mampu mengakses informasi penting apa pun tentang nasibnya (Ron Arad),” ungkap Osama Hamdan.
Osama menambahkan, posisi Hamas sangat jelas dan tidak mau melakukan negosiasi sebelum adanya kesepakatan gencatan senjata.
Osama Hamdan berpendapat kalau Israel gagal mencapai semua tujuan mereka, sepanjang pertempuran sejak tanggal 7 Oktober 2023.
“Tidak ada yang tahu bagaimana Sinwar mengelola pertempuran dan para pemimpin merasa nyaman dalam mengelolanya. Ada keselarasan kerja antara kepemimpinan Hamas dan kepemimpinan Brigade Qassam,” ungkapnya.
Dirinya menilai kalau pernyataan Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, mengatakan perselisihan antara Israel dan AS cuma terlihat dari luar, dan bukan yang terjadi sebenarnya.
BACA JUGA: Tujuh Seri Konser Kemanusiaan Buat Gaza di M Bloc Live House
Dirinya menilai, kalau AS adalah sekutu Israel tidak bersedia untuk memperluas pertempuran seperti yang diharapkan Netanyahu.
Sementara itu Hamas masih berupaya untuk memperkuat hubungannya dengan perlawanan di Lebanon.
“Pola efektivitas perlawanan di Lebanon dalam mendukung Gaza dilakukan dengan bijak dan cerdas. Poros perlawanan menegaskan bahwa mereka bergerak secara harmonis dan ini penting untuk pertempuran ini dan untuk pertempuran di masa depan,” kata dia.