BANDUNG,TM.ID: Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak hanya terkenal dengan julukan sebagai kota pelajar. Kota ini juga populer dengan kekayaan alamnya yang selalu menarik perhatian wisatawan, seperti Geoforest Watu Payung.
Selain Hutan Pinus Pengger, Yogyakarta juga memiliki Geoforest Watu Payung yang mengahdirkan wisata alam yang menakjubkan. Wisata ini terletak 27 KM ke arah tenggara dari titik 0 KM Yogyakarta.
Geoforest Watu Payung hadir sebagai hutan jati yang menyajikan pemandangan alam yang menakjubkan dan karya seni land art khas Wisnu Ajitama.
Artikel ini akan membahas perbandingan antara Hutan Pinus Pengger dan Geoforest Watu Payung, mulai dari gambaran sejarah hingga karya seni yang ditawarkan masing-masing.
Sejarah dan Lokasi
Geoforest Watu Payung, sering dijuluki sebagai “Pengger versi update,” memiliki sejarah serupa dengan Pengger. Keduanya dulunya adalah hutan produksi yang kemudian diubah menjadi objek wisata.
Terletak di tepi jurang sebelah barat Pegunungan Sewu, Geoforest Watu Payung menawarkan lokasi yang menarik bagi pengunjung yang mencari keindahan alam dan seni land art.
Pengger, di sisi lain, terletak di Kabupaten Bantul dan terkenal sebagai hutan pinus. Meskipun berjarak lebih mudah diakses dan lebih ramai dibandingkan Geoforest, keduanya memberikan pengalaman wisata yang unik dengan karakteristik hutan yang berbeda.
Komposisi dan Keindahan Alam
Kedua destinasi ini memiliki komposisi hutan yang berbeda. Pengger, sebagai hutan pinus, memberikan kesan rindang, terutama pada musim kemarau.
Lantai hutan di Pengger mayoritas terdiri dari tanah, menciptakan suasana yang nyaman untuk berjalan-jalan di tengah pepohonan pinus.
Di sisi lain, Geoforest Watu Payung terdiri dari hutan jati dengan lantai hutan yang dominan berupa bebatuan karang.
Pemandangan di Geoforest menciptakan kontras yang menakjubkan antara pepohonan jati dan bebatuan karang, menjadikannya pilihan menarik bagi pecinta alam yang mencari pengalaman berbeda.
Karya Seni Land Art
Salah satu daya tarik utama Geoforest adalah karya seni land art yang dipamerkan di dalamnya. Wisnu Ajitama, bersama teman-temannya di Pandai Ruang, menyulap Geoforest menjadi galeri karyanya yang terdiri dari empat buah karya land art.
Perbandingannya dengan Pengger menunjukkan peningkatan kualitas karya Wisnu di Geoforest. Disain yang semakin rapi dan refleksi yang mendalam terhadap lokasi menjadi daya tarik utama, memperlihatkan bahwa Geoforest adalah Pengger yang telah ditingkatkan.
Fasilitas dan Pengembangan Masa Depan
Meskipun Geoforest masih terbilang baru, pengelola berkomitmen untuk terus mengembangkan fasilitasnya. Rencana pengembangan melibatkan peningkatan jalan setapak, penanaman tanaman perdu, pembangunan tempat ibadah, dan restoran.
Pengelola juga berupaya menjaga keseimbangan antara keaslian geologis dan peningkatan estetis agar Geoforest tetap mempertahankan daya tariknya.
BACA JUGA: Embung, Wisata di Yogyakarta yang Low Budget
Kedua wisata ini sama-sama bertemakan hutan, bedanya Pengger menawarkan keindahan hutan pinus yang rindang, sedangkan Geoforest menghadirkan kombinasi unik antara hutan jati dan bebatuan karang.
Tidak hanya itu, wisata Geoforest Watu Payung berpotensi menjadi surga wisata alam terbaik di Yogyakarta. Keberlanjutan dan peningkatan yang terlihat pada karya seni land art Wisnu Ajitama menjadikan Geoforest sebagai destinasi yang menarik untuk Anda jelajahi.
(Vini/Aak)