BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Gempa bumi berkekuatan Magnitudo 5,0 yang mengguncang Kabupaten Bandung pada 18 September 2024 mengingatkan kembali tentang risiko gempa yang dihadapi wilayah Jawa Barat.
Menurut laporan BMKG, gempa ini diikuti oleh 33 gempa susulan, dengan empat di antaranya dirasakan langsung oleh warga.
Kerusakan terjadi di beberapa bangunan di Kecamatan Kertasari dan Pangalengan, yang terdampak paling parah.
Menurut pakar gempa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Irwan Meilano, gempa tersebut berasal dari sesar aktif di daratan, bukan dari zona megathrust di pantai selatan yang sering kali menjadi fokus perhatian.
Ia mengatakan, pentingnya memahami bahwa meskipun gempa dari sesar aktif cenderung lebih kecil magnitudonya, dampaknya bisa sangat signifikan karena terjadi lebih dekat ke permukaan.
Irwan juga menjelaskan, gempa-gempa susulan merupakan pelepasan sisa energi yang tertinggal dari gempa utama.
“Gempa akan diikuti oleh gempa susulan yang menunjukkan bahwa masih ada energi yang dilepaskan,” jelas Irwan, dikutip Sabtu (21/9/2024).
BACA JUGA: Kemensos Salurkan Bantuan Korban Gempa Bandung dan Garut
Dalam upaya mitigasi risiko gempa bumi, lanjut Irwan, harus menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat.
Pendekatan terintegrasi yang melibatkan kerja sama dari semua pihak menjadi kunci untuk menghadapi potensi bencana secara efektif.
Ia juga menyoroti perlunya peta risiko bencana yang lebih rinci dan mendalam, yang nantinya dapat menjadi acuan dalam perencanaan pembangunan dan kebijakan tata ruang.
Selain itu, Irwan menekankan pentingnya peningkatan literasi bencana melalui pendidikan formal maupun jalur komunitas.
Dengan pemahaman yang lebih baik, masyarakat bisa lebih siap dalam menghadapi risiko gempa dan mengurangi dampaknya.
“Gotong royong adalah modal kuat bangsa kita untuk mitigasi bencana,” pungkasnya
(Budis)