BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Aktris asal Israel, Gal Gadot, resmi dianugerahi bintang di Hollywood Walk of Fame pada 18 Maret 2025. Momen tersebut menjadi tonggak penting dalam kariernya di dunia perfilman internasional.
Namun, di tengah sorotan prestasi tersebut, muncul gelombang kritik dari sejumlah pihak yang menyoroti latar belakang Gadot sebagai mantan anggota Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Gadot, yang dikenal luas berkat perannya sebagai Wonder Woman di jagat sinematik DC, sebelumnya pernah menjalani wajib militer seperti warga negara Israel lainnya.
Namun, keterlibatannya dalam IDF menjadi sorotan tajam, terutama di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik antara Israel dan Palestina dalam beberapa bulan terakhir.
BACA JUGA:
Sinopsis Live Action Snow White, Cek Jadwal Tayangnya!
Latar Belakang Gal Gadot Dalam IDF
Mayoritas warga Israel harus mengikuti militer di Pasukan Pertahanan Israel (IDF) selama dua tahun setelah menginjak usia 18 tahun, termasuk Gal Gadot. Pemerintah Israel mewajibkan pria maupun wanita yang telah mencapai usia tertentu untuk menjalani dinas militer, kecuali mereka memenuhi syarat pengecualian tertentu, seperti masalah medis atau agama.
Selama menjalankan tugasnya, Gadot melatih tentara dalam kebugaran fisik dan keterampilan dasar militer sebagai pelatih tempur, tanpa terlibat langsung dalam pertempuran.
Meskipun Gadot tidak terlibat secara langsung dalam konflik bersenjata, namun banyak pihak yang menyoroti latar belakangnya tersebut. Mereka menilai bagaimana seorang public figur mendukung pertempuran, ditengah konflik yang memakan banyak korban.
Kritik Penerimaan Walk of Fame
Pemberian Walk of Fame kepada Gal Gadot memicu beragam reaksi, para pendukung terkhusus penggemar memuci pencapaian tersebut dan menganggapnya sebagi bukti kesuksesannya di dunia Hollywood.
Namun, di sisi lain, para pendukung Palestina dan organisasi-organisasi hak asasi manusia mengecam pemberian tersebut karena mereka menilai keputusan itu mencerminkan pengabaian terhadap dugaan pelanggaran yang dilakukan Israel terhadap Palestina.
Kritikan tersebut berdatangan hingga seruan kampanye boikot membanjiri media sosial, seperti tagar #BoycottGalGadot dan #HollywoodSupportsGenocide yang menjadi tren di berbagai platform. Banyak parodi-parodi yang mengkritik kerjadian tersebut, berikut kumpulan reaksi netizen dalam postingan Instagram @urbanfeed.news:
- “Di movie jadi wonder woman penyalamat umat manusia, di real life?you know the answer, so you still watching those useless western movie about superheroes?get good boys lol” komentar @fatahrunescape.
- “Padahal masih banyak yg lebih bagus dari gadot,seperti angelina jolie,Demi moore,Helena carter,Megan Fox,ana de armas dll” komentar @ghulamerah_
- “Aku aja heran kenapa org yg kek gitu dikasih penghargaan nama kek gitu. Kayak ga ada org lain artis/aktor atau penyanyi yang lebih berpengaruh positif di tulis di situ. Herman bgt. Semoga org² itu di ampuni dosa-dosanya sama yg maha kuasa. Jd manusia kok kejam bgt 😢” komentar @
lau_raevan
Selain itu, berbagai kelompok mengecam Hollywood Chamber of Commerce, organisasi yang mengelola Walk of Fame, karena mereka menilai organisasi tersebut memberikan penghargaan tanpa mempertimbangkan latar belakang politik dan kontroversi yang menyertainya.
Dukungan Untuk Gal Gadot
Namun, banyak penggemar dan rekan-rekan di industri film yang membela Gadot. Mereka berpendapat bahwa penghargaan tersebut diberikan berdasarkan pencapaiannya di dunia film, bukan karena latar belakang politiknya.
Para penggemar juga menilai bahwa wajib militer di Israel merupakan bagian dari sistem pemerintahan yang harus dijalani setiap warga negara, sehingga mereka tidak sepenuhnya menyalahkan Gadot atas hal tersebut.
Pemberian penghargaan Hollywood Walk of Fame tersebut, telah memicu perdebatan yang menunjukan bagaimana konflik geopolitik dapat mempengaruhi cara publik menilai seorang artis terkenal.
Meskipun Gadot telah meraih kesuksesan yang luar biasa di Hollywood, tidak menutup kritik terhadap latar belakang IDFnya. Dengan berjalannya waktu kemungkinan perdebatan mengenai isu ini akan terus terjadi, selama konflik negara masih berlangsung.
(Magang UKRI – Andari/Budis)