BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Film 1 Kakak 7 Ponakan yang tayang perdana pada 23 Januari 2025 lalu mengundang antusiasme para penonton.
Dikutip dari akun resmi instagram 1 Kakak 7 Ponakan, film dengan genre drama keluarga ini sudah menembus sebanyak 743.359 penonton di seluruh bioskop, pada Rabu (2/3/2025).
Tayangan yang disutradai oleh Yandy Laurens ini merupakan adaptasi dari karya mendiang Arswendo Atmowiloto yang menceritakan tentang seorang arsitek muda yang sedang berjuang bernama Moko yang diperankan oleh Chicco Kurniawan.
Ia tinggal bersama dengan kakak kandung dan iparnya. Namun, setelah kematian kakak-kakaknya dalam waktu yang berdekatan, mengharuskan Moko menjadi orang tua tunggal.
Ketika muncul kesempatan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, Moko dihadapkan pada pilihan antara kehidupan asmara, karir, serta keponakan-keponakannya.
Film yang berdurasi 2 jam 11 menit ini memiliki kesan dan maknanya tersendiri bagi para penonton.
BACA JUGA: Film Samawa: Kisah Pilu KDRT yang Lebih Menyeramkan dari Horor
Salah seorang penonton di Ubertos XXI, Galuh Intan, mengungkapkan bahwa sebagai pecinta film yang family oriented dirinya merasa film 1 Kakak 7 Ponakan adalah pilihan yang tepat untuk mencari makna hidup.
“Kadang apapun peran kita dalam keluarga baik sebagai ayah, ibu, kakak, maupun adik itu adalah perjalanan seumur hidup. Makanya kenapa kita perlu disadarkan oleh beberapa aspek contohnya dari film, musik, dan hal lainnya yang ada di sekitar. Dan film menjadi salah satu media aku untuk belajar, mencari makna tentang peran aku sebagai adik maupun anak bungsu,” ungkap Galuh pada Tim Teropong Media, Senin (3/2/2025).
Dikemas dengan beragam adegan yang mampu membuat penonton seolah-olah merasakan emosional yang sama dan connected dengan pemeran utama (Moko), sehingga memberikan berbagai sudut pandang baru untuk memaknai arti pengorbanan yang sehat dalam sebuah keluarga.
“Sebelum menonton film ini aku menganggap generasi sandwich ini kayak banyak lukanya, terhimpit dari berbagai sudut, dari orang tua, adik, dan sebagainya. Tapi setelah aku menonton film ini, aku jadi melihat bagaimana pengorbanan yang sehat dari seseorang yang menjadi tulang punggung keluarga,” jelas Galuh.
“Dibilang Moko ini ikhlas ya ikhlas, rela ya rela, karena ia mendapatka feedback yang baik juga dari keponakan-keponakannya. Jadi cara pandang aku melihat suatu keluarga yang survive pun berubah, tidak hanya melihat Moko sebagai orang yang memperjuangkan keluarga, tapi keponakan-keponakannya pun turut memperjuangkan keluarganya dengan kapasitasnya masing-masing,” tambahnya.
Galuh juga menceritakan tentang salah satu scene favoritnya saat sebuah tayangan menampilkan momen liburan mereka yang kemudian diiringi oleh soundtrack dari Sal Priadi yang berjudul Besok Kita Pergi Makan.
Scene saat Maurin (Kekasih Moko) dan Moko mengajak keponakan-keponakannya untuk berlibur usai menghadapi hari-hari yang berat, banyak yang mereka korbankan dan perjuangkan, lalu mereka bermain air di pantai dan di sana ada soundtrack favoritku.
“Padahal scene itu tuh bahagia tapi aku di bioskop nangis banget ngeliat scene itu, ngeliat gimana senengnya mereka sampe berkali kali bilang ‘Terimakasih Kak Moko karena udah berkorban buat mereka’,” tuturnya dengan ekspresi yang masih terbawa perasaan.
Tak hanya Galuh ternyata yang terhipnotis dengan soundtrack yang ada pada film ini. Namun, diungkapkan juga oleh Krisma (20) scene yang menjadi favoritnya adalah saat scene terakhir dengan soundtrack lagu Sal Priadi yang berjudul Kita Usahakan Rumah Itu.
Dari Film 1 Kakak 7 Ponakan ini memiliki banyak pembelajaran di antaranya perlunya meningkatkan empati kepada keluarga terlebih kepada sosok-sosok seperti Moko.
Tentunya harus berempati juga kepada diri sendiri, karena pengorbanan yang sehat adalah saat beban keluarga bukan hanya dipikul oleh salah seorang peran, namun harus dipikul oleh semua peran dalam keluarga tersebut.
“Harapannya film ini mampu menyentuh lebih banyak lagi raga, karena dengan usaha maksimal dari setiap pemeran yang ada dalam film tersebut terbukti banyak banget raga-raga yang ikut terpeluk setelah menonton film ini, salah satunya aku,” tuturnya.
Terakhir, Ia juga berharap dunia per film-an Indonesia bisa semakin maju karena banyak orang terwakilkan perasaannya dari sebuah film.
“Buat dunia per film-an lainnya, buatlah karya setulus mungkin, seyakin mungkin, karena karya kalian bisa mewakilkan banyak orang dan akan ada banyak perubahan di kehidupan orang lain melalui film-film kalian. Maju terus per film-an Indonesia,” pungkasnya.
(Magang UIN SGD/Lia Reliya Berliana-Aak)