BANDUNG, TM.ID : Festival Tabuik merupakan perayaan Masyarakat Pariaman, Sumatra Barat menyambut
Tahun Baru Islam. Tahun baru Islam atau 1 Muharram menjadi hal yang istimewa.
Tak heran kalau masyarakat di beberapa daerah merayakannya dengan suka cita melalui tradisi yang
sudah dilakukan secara turun temurun. Salah satunya di Provinsi Sumatera Barat.
Masyarakat Pariaman, Sumatra Barat menyambut Tahun Baru Islam melalui gelaran upacara yang dikenal
dengan sebutan Tabuik atau Tabut.
Tradisi ini memperingati hari Asyura pada 10 Muharram. Upacara ini dilakukan untuk mengenang gugurnya
Imam Husain, cucu Nabi Muhammad saw.
Festival Tabuik, yu kita mencari tau lebih dalam seperti apa ?
Seperti diketahui, ada tujuh tahap rangkaian ritual Tabuik di Pariaman ini. Dimulai dengan mengambil tanah,
menebang batang pisang, mataam, mengarak jari-jari, mengarak sorban, tabuik naik pangkek hingga
hoyak tabuik dan membuang tabuik ke laut.
Pada hari puncak tabuik, dilakukan ritual Tradisi Tabuik naik pangkek yang kemudian dilanjutkan dengan
hoyak tabuik. Hoyak Tabuik inilah yang merupakan upacara peringatan kematian Hasan dalam pertempuran
di Bukit Karbala.
BACA JUGA : 25 Kumpulan Twibbon Tahun Baru Islam 1445 Hijriyah
mengutip laman kemdikbud.go.id, Tradisi Tabuik diambil dari bahasa arab ‘tabut’ yang bermakna peti
kayu. Nama tersebut mengacu pada legenda tentang kemunculan makhluk berwujud kuda bersayap dan
berkepala manusia yang disebut buraq.
Dimana cerita legenda tersebut mengisahkan bahwa setelah wafatnya sang cucu Nabi, Husein bin Ali,
kotak kayu berisi potongan jenazah Husein diterbangkan ke langit oleh buraq. Berdasarkan legenda inilah,
setiap tahun masyarakat Pariaman membuat tiruan dari buraq yang sedang mengusung tabut di
punggungnya.
Menurut kisah yang berkembang di masyarakat secara turun temurun, Tradisi Tabuik ini diperkirakan
muncul di Pariaman sekitar tahun 1826-1828 Masehi.
Tradisi Tabuik pada masa itu masih kental dengan pengaruh dari timur tengah yang dibawa oleh
masyarakat keturunan India penganut Syiah. Pada tahun 1910, muncul kesepakatan antar nagari untuk
menyesuaikan perayaan Tabuik dengan adat istiadat Minangkabau, sehingga berkembang menjadi seperti
yang ada saat ini.

Festival Tabuik, terdiri dari apa saja tradisi Tabuik ?
Tradisi Tabuik terdiri dari dua macam, yaitu :
1. Tabuik Pasa
2. Tabuik Subarang.
Keduanya berasal dari dua wilayah berbeda di Kota Pariaman. Tabuik Pasa (pasar) merupakan wilayah
yang berada di sisi selatan dari sungai yang membelah kota tersebut hingga ke tepian Pantai Gandoriah.
Wilayah Pasa dianggap sebagai daerah awal mula Tradisi Tabuik. Adapun tabuik subarang berasal dari
daerah subarang (seberang), yaitu wilayah di sisi utara dari sungai atau daerah yang disebut sebagai
Kampung Jawa.
Sejak 1982, perayaan tabuik dijadikan bagian dari kalender pariwisata Kabupaten Padang Pariaman.
Karena itu terjadi berbagai penyesuaian salah satunya dalam hal waktu pelaksanaan acara puncak dari
rangkaian ritual tabuik ini.
Jadi, meskipun prosesi ritual awal tabuik tetap dimulai pada tanggal 1 Muharram, saat perayaan tahun baru
Islam, tetapi pelaksanaan acara puncak dari tahun ke tahun berubah-ubah, tidak lagi harus pada tanggal 10
Muharram.

Rangkaian Tradisi Tabuik di Pariaman terdiri dari tujuh tahapan ritual tabuik, yaitu :
1. mengambil tanah
2. menebang batang pisang
3. mataam
4. mengarak jari-jari
5. mengarak sorban
6. tabuik naik pangkek
7. hoyak tabuik, dan membuang tabuik ke laut.
Prosesi mengambil tanah dilaksanakan pada 1 Muharram. Menebang batang pisang dilaksanakan pada
hari ke-5 Muharram. Mataam pada hari ke-7, dilanjutkan dengan mangarak jari-jari pada malam harinya.
Pada keesokan harinya dilangsungkan ritual mangarak saroban.
Setiap tahunnya puncak gelaran Tradisi Tabuik selalu disaksikan puluhan ribu pengunjung yang datang dari
berbagai pelosok Sumatera Barat.
Tidak hanya masyarakat lokal saja, tradisi ini pun mendapat perhatian dari banyak turis asing yang
membuatnya menjadi perhelatan besar yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya.
Pantai Gandoriah yang menjadi titik pusat perhatian seakan menjadi lautan manusia, khususnya menjelang
prosesi tabuik diarak menuju pantai.
(usamah)