Efek Stress dan Depresi Bisa Membuat Otak Mengecil

Editor:

[galeri_foto] [youtube_embed]

Bagikan

BANDUNG, SUARA MAHASISWA AWARD — Stres dan depresi merupakan gangguan psikologis yang tidak hanya berdampak pada kesehatan mental, tetapi juga menimbulkan perubahan struktural pada otak. Penelitian menunjukkan bahwa stres kronis dan depresi berat dapat menyebabkan penyusutan di area otak tertentu, khususnya hippocampus dan prefrontal cortex, yang berperan penting dalam proses memori.

Dampak stres dan depresi terhadap struktur otak serta implikasinya terhadap fungsi memori, berdasarkan tinjauan pustaka dari berbagai studi psikologi kognitif dan neurosains. Ditemukan bahwa kerusakan pada area memori dapat memengaruhi kemampuan mengingat, belajar, dan mengolah informasi, sehingga menegaskan pentingnya penanganan dini terhadap stres dan depresi.

Hubungan antara Gangguan Mental dan Fungsi Otak: Kajian Efek Stres dan Depresi terhadap Memori

Stres dan depresi merupakan dua gangguan psikologis yang sangat umum terjadi di masyarakat modern. Dalam kehidupan sehari-hari, hampir setiap individu pernah mengalami stres, baik yang bersifat ringan maupun kronis.

Sementara itu, depresi merupakan gangguan suasana hati yang lebih kompleks dan mendalam, seringkali memengaruhi emosi, pikiran, perilaku, bahkan fungsi fisiologis seseorang. Keduanya tidak hanya berdampak pada kondisi psikologis, tetapi juga memiliki konsekuensi yang serius terhadap kesehatan fisik dan struktur otak.

Dalam beberapa dekade terakhir, kemajuan di bidang neurosains dan psikologi kognitif telah menunjukkan bahwa stres dan depresi dapat menyebabkan perubahan struktural pada otak manusia. Bagian otak yang paling sering terdampak adalah hippocampus dan prefrontal cortex.

Kedua struktur ini berperan penting dalam pengaturan emosi, konsentrasi, pengambilan keputusan, dan terutama dalam fungsi memori. Penurunan volume pada area-area ini dapat memengaruhi proses kognitif secara signifikan.

Psikologi kognitif sebagai cabang ilmu psikologi yang fokus pada proses mental seperti atensi, persepsi, memori, dan pemecahan masalah, memandang memori sebagai salah satu aspek krusial dalam kehidupan manusia.

Memori memungkinkan individu untuk menyimpan dan mengambil kembali informasi yang telah diperoleh sebelumnya, serta membentuk dasar dalam pengambilan keputusan dan pembelajaran. Jika memori terganggu, maka hampir seluruh fungsi kognitif lainnya juga dapat ikut terganggu.

Stres yang berlangsung lama (stres kronis) meningkatkan produksi hormon kortisol yang dapat merusak jaringan otak, khususnya di hippocampus. Hal ini membuat individu yang mengalami stres berat lebih sulit untuk  mengingat informasi baru atau mengakses memori lama.

Kondisi serupa juga ditemukan pada individu dengan depresi, di mana mereka cenderung mengalami kesulitan dalam fokus, atensi, serta penurunan motivasi untuk memproses informasi baru. Fenomena ini sering disebut sebagai “kabut otak” atau brain fog. Berdasarkan fenomena tersebut, para peneliti mulai menghubungkan antara kondisi mental dengan penurunan kapasitas kognitif, khususnya dalam domain memori.

Kajian ilmiah terus berkembang untuk mengetahui seberapa besar pengaruh stres dan depresi terhadap kemampuan mengingat, dan apakah perubahan struktur otak dapat dipulihkan jika gangguan psikologis tersebut ditangani.

Hal ini menjadi penting untuk tidak hanya memahami proses psikologis, tetapi juga menemukan pendekatan preventif dan rehabilitatif yang tepat. Dengan demikian, memahami hubungan antara stres, depresi, penyusutan otak, dan memori menjadi sangat relevan dalam konteks psikologi kognitif.

Artikel ini bertujuan untuk mengkaji keterkaitan tersebut berdasarkan studi literatur yang ada, agar dapat memberikan pemahaman mendalam tentang dampak stres dan depresi terhadap memori, serta menekankan pentingnya intervensi dini dalam menjaga fungsi otak dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Saat ini, banyak orang yang mengalami stress, kecemasan, galau dan kegelisahan yang berlarut–larut. Namun, sebagian besar orang berpikir dan beranggapan bahwa stress dan depresi, bukanlah benar-benar suatu gangguan mental.

Mereka menganggap bahwa depresi adalah sesuatu yang sepele dan bisa hilang dengan sendirinya, padahal sebenarnya depresi adalah bentuk suatu gangguan yang lebih dari sekadar perubahan emosi sementara. Depresi bukanlah kondisi yang bisa diubah dengan cepat atau secara langsung.

Depresi bukan saja dialami oleh orang dewasa tetapi anak-anak juga bisa mengalami depresi yang tidak mengenal kelas sosial. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang menjadi depresi dan terpuruk. Depresi merupakan salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri(suicide).

Sebanyak 40% penderita depresi mempunyai ide untuk bunuh diri, dan hanya lebih kurang 15% saja yang sukses melakukannya.Jumlah penderita depresi wanita dua kali lebih banyak dari pria, tetapi pria lebih berkecenderungan bunuh diri. Di Amerika Serikat,17% orang pernah mengalami depresi pada suatu saat dalam hidup mereka, dengan jumlah penderita saat ini lebih dari 19 juta orang.

Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang mendapat perhatian serius. Dinegara-negara berkembang, WHO memprediksikan bahwa pada tahun 2020, depresi akan menjadi salah satu gangguan mental yang banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua terbesar kematian setelah serangan jantung. Berdasarkan data WHO tahun 1980, hamper 20% -30% dari pasien rumah sakit diNegara berkembang mengalami gangguan mental emosional seperti depresi.

Apa Yang Dimaksud Dengan Depresi 

Merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat,perasaan tidak berarti dan bersalah (menarik diri, tidak dapat tidur, kehilangan selera, minat dalam aktivitas sehari-hari), dalam Gerald C. Davison 2004. Menurut Rice PL (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang.

Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Menurut Iyus Yosep (2007), depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa.

Chaplin (2002) mendefinisikan depresi pada dua keadaan, yaitu pada orang normal dan pada kasus patologis. Pada orang normal, depresi merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan, dan pesimisme menghadapi masa yang akan datang.

Sedangkan padakasus patologis, depresi merupakan ketidakmauan ekstrim untuk mereaksi terhadap perangsang, disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak mampu dan putus asa. Sedangkan menurut Kartono (2002), depresi adalah kemuraman hati (kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya.

Biasanya timbul oleh; rasa inferior, sakit hati yang dalam, penyalaha dirisendiri dan trauma psikis. Jika depresi itu psikotis sifatnya, maka disebut melankholi.Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa depresi merupakan gangguanemosional atau suasana hati yang buruk yang ditandai dengan kesedihan yang berkepanjangan, putus harapan, perasaan bersalah dan tidak berarti.

Sehingga seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) tersebut dapat mempengaruhi motivasi untuk beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

Stres dan Depresi serta Dampaknya pada Struktur Otak

Stres dan depresi bukan hanya berdampak pada emosi, tetapi juga mengubah struktur otak manusia secara nyata. Otak yang mengalami stres kronis dan depresi mengalami gangguan pada konektivitas antarbagian otak, atrofi (penyusutan) pada area-area penting, serta penurunan kemampuan neuroplastisitas, yaitu kemampuan otak untuk menyesuaikan dan memperbaiki diri.

A. Hippocampus: Pusat Memori yang Rentan

Hippocampus terletak di lobus temporal dan bertanggung jawab atas pembentukan memori jangka panjang dan navigasi spasial. Dalam kondisi stres kronis atau depresi berat, hormon stres kortisol dilepaskan secara berlebihan oleh kelenjar adrenal. Kortisol dalam kadar tinggi akan menghambat pembentukan sel saraf baru
(neurogenesis) dan mempercepat kematian sel saraf yang sudah ada di hippocampus (McEwen, 2007).
Contoh nyata: Penelitian oleh Sheline et al. (1996) menemukan bahwa wanita dengan gangguan depresi mayor memiliki volume hippocampus 9–13% lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol yang sehat. Volume hippocampus ini berbanding lurus dengan lama depresi yang dialami semakin lama, semakin besar penyusutannya.

B. Prefrontal Cortex: Kendali Eksekutif yang Melemah

Korteks prefrontal, terutama bagian dorsolateral, bertugas mengatur perhatian, penalaran logis, dan memori kerja. Stres menyebabkan gangguan pada sirkuit dopamin dan norepinefrin, yang pada akhirnya menghambat fungsi eksekutif ini. Akibatnya, individu mengalami kesulitan mengambil keputusan, mudah terdistraksi, dan mengalami gangguan dalam menyusun rencana.

C. Amygdala: Emosi dan Memori Negatif

Amygdala menjadi hiperaktif saat seseorang mengalami depresi atau kecemasan berat. Ini menyebabkan individu lebih mudah mengingat peristiwa negatif, memperkuat pengalaman traumatis, dan menyulitkan pemrosesan informasi netral atau positif. Hal ini memperkuat bias kognitif yang khas pada depresi, seperti berpikir negatif tentang diri sendiri, dunia, dan masa depan (Beck, 1967).

Dampak Penyusutan Otak terhadap Fungsi Memori

Psikologi kognitif memandang memori sebagai sistem yang terdiri dari proses pengkodean, penyimpanan, dan pengambilan kembali informasi. Setiap gangguan pada struktur otak yang terlibat dalam memori akan berdampak pada fungsi-fungsi ini.

A. Encoding (Pengkodean Informasi)
Encoding membutuhkan perhatian yang terfokus dan kerja prefrontal cortex. Pada
individu yang mengalami stres atau depresi, pengkodean menjadi lemah karena:
• Penurunan atensi dan konsentrasi
• Pikiran yang terlalu penuh dengan kekhawatiran (ruminasi)
• Gangguan tidur yang memengaruhi fungsi kognitif
Contoh: Seseorang yang mengalami stres karena kehilangan pekerjaan mungkin kesulitan mengingat hal-hal sederhana seperti tempat meletakkan kunci atau isi percakapan, karena otaknya terlalu sibuk memproses beban emosional.
B. Storage (Penyimpanan Informasi)
Penyimpanan memori jangka panjang bergantung pada hippocampus. Jika hippocampus menyusut, proses konsolidasi informasi menjadi tidak efektif. Informasi yang seharusnya bertahan di memori jangka panjang menjadi mudah hilang atau tidak utuh.
Contoh: Dalam studi longitudinal terhadap pasien depresi, ditemukan bahwa individu dengan penyusutan hippocampus mengalami penurunan performa pada tugas mengingat cerita atau daftar kata setelah jangka waktu tertentu (Videbech & Ravnkilde, 2004).
C. Retrieval (Pengambilan Memori)
Memori yang sudah tersimpan pun bisa sulit diakses karena gangguan konektivitas antarbagian otak. Korteks prefrontal berperan dalam mengatur strategi pencarian memori, dan saat ini terganggu, individu mengalami “mental block” atau merasa “blank”.
Model teori: Dalam Model Baddeley tentang memori kerja, komponen “eksekutif pusat” terganggu oleh stres tinggi, sehingga penyaringan informasi menjadi buruk dan individu tidak bisa menahan informasi dalam pikiran aktif untuk diproses lebih lanjut (Baddeley, 2000).

Intervensi Dini untuk Menjaga Fungsi Kognitif

Mengapa intervensi dini sangat krusial? Karena penyusutan otak dapat dicegah, bahkan sebagian dapat dipulihkan, jika tindakan dilakukan sejak dini dan berkelanjutan. Psikologi kognitif dan ilmu saraf kini menyadari bahwa otak adalah organ yang sangat plastis, dan bisa membentuk koneksi baru jika dirangsang dengan benar.
A. Psikoterapi Kognitif-Perilaku (CBT)
CBT terbukti mengubah cara berpikir negatif yang memperkuat stres. CBT juga memperbaiki pola atensi dan mengurangi ruminasi, yang secara tidak langsung memperbaiki encoding dan retrieval informasi.
B. Farmakoterapi
Antidepresan seperti SSRI meningkatkan kadar serotonin dan memperbaiki keseimbangan neurotransmiter. Efek jangka panjangnya mencakup peningkatan neurogenesis di hippocampus dan perbaikan mood yang membantu fungsi memori.
C. Aktivitas Fisik dan Gaya Hidup
Olahraga meningkatkan aliran darah ke otak dan merangsang produksi BDNF (brain derived neurotrophic factor), yang memperkuat sinapsis dan meningkatkan plastisitas otak.
Contoh studi: Erickson et al. (2011) menemukan bahwa latihan jalan kaki 3 kali seminggu selama 6 bulan meningkatkan volume hippocampus hingga 2%, yang dikaitkan dengan peningkatan memori spasial.
D. Mindfulness dan Meditasi
Latihan mindfulness terbukti menurunkan aktivitas amygdala dan meningkatkan aktivitas prefrontal cortex. Ini berkontribusi pada peningkatan perhatian, penurunan stres, dan penguatan regulasi emosi, yang semuanya mendukung fungsi memori.

KESIMPULAN
Stres dan depresi tidak hanya menimbulkan dampak emosional sementara, tetapi juga mengakibatkan perubahan struktural jangka panjang pada otak, terutama pada area yang berperan penting dalam proses kognitif seperti hippocampus, korteks prefrontal, dan amigdala.

Penyusutan pada hippocampus berdampak langsung pada kemampuan mengingat dan membentuk memori jangka panjang. Gangguan pada korteks prefrontal menyebabkan penurunan fungsi eksekutif, seperti perencanaan, pengambilan keputusan, dan perhatian, yang semuanya merupakan komponen penting dalam sistem memori kerja.

Di sisi lain, hiperaktivasi amigdala memperkuat bias negatif dan memperburuk memori emosional yang berkaitan dengan peristiwa menyakitkan. Dari sudut pandang psikologi kognitif, gangguan-gangguan ini menghambat
seluruh proses memori, mulai dari pengkodean, penyimpanan, hingga pengambilan informasi.

Hal ini menjelaskan mengapa individu dengan stres kronis atau depresi berat sering mengalami pelupa, kesulitan konsentrasi, dan gangguan berpikir. Bahkan, dalam jangka panjang, kondisi ini dapat meningkatkan risiko demensia. Oleh karena itu, penting untuk menekankan peran krusial intervensi dini dalam menjaga kesehatan mental dan fungsi kognitif.

Upaya preventif seperti terapi psikologis, pengobatan medis, olahraga rutin, teknik relaksasi, serta gaya hidup sehat dapat memperlambat atau bahkan membalikkan kerusakan otak yang disebabkan oleh stres dan depresi. Dalam jangka panjang, menjaga kesehatan mental bukan hanya tentang mengurangi gejala psikologis, tetapi juga tentang mempertahankan integritas struktur otak dan kualitas fungsi kognitif seseorang. Sebagai penutup, artikel ini menegaskan bahwa kesehatan mental dan fungsi memori tidak dapat dipisahkan.

Masyarakat dan tenaga kesehatan perlu lebih sadar akan hubungan antara gangguan psikologis dan penurunan fungsi otak, serta mengambil tindakan nyata untuk menanggulangi dampaknya. Mendeteksi dan menangani stres serta depresi sejak dini bukan hanya mencegah penderitaan psikologis, tetapi juga menyelamatkan otak dari kerusakan yang dapat bersifat permanen.

Penulis: 

Gina Sally Aprilianti, Universitas Indonesia Membangun

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Pandji Pragiwaksono
Pandji Pragiwaksono Bongkar Dugaan Besar di Balik 25 Wamen di BUMN
Andre Silva
Profil Andre Silva, Adik Diogo Jota yang Tewas dalam Kecelakaan di Spanyol
borja-gomez-1751556636
Mantan Pebalap Moto2 Borja Gomez Meninggal Dunia Akibat Kecelakaan di Magny-Cours
Ade Armando jadi komisaris PLN NP
Ade Armando Ditunjuk Jadi Komisaris PLN NP, Ini Jejak Kariernya
ott KPK sumut-1
KPK Soal Bobby Nasution: Dipanggil Jika Keterangan Dibutuhkan
Berita Lainnya

1

Akoba Manevent Hadirkan Lokavidya "DigiTradisi: Melestarikan Budaya Lokal di Era Digital"

2

Cara Menghitung Skor Nilai Tes Terstandar SPMB Jabar 2025

3

Gegara Tikus Kencing Sembarangan, Awas Nyawa Melayang

4

BREAKING NEWS! Striker Liverpool Diogo Jota Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Mobil di Spanyol

5

Kota Kreatif yang Tersandung Sampah
Headline
BMKG Waspada Cuaca Ekstrem
BMKG Himbau Transportasi Darat, Laut dan Udara Waspada Cuaca Ekstrem
Diogo Jota
Kronologi Diogo Jota Tewas: Mobil Keluar Jalur dan Terbakar
Peterpan
Peterpan Comeback, tapi di Mana Ariel dan Uki?
Gegara Tikus Kencing Sembarangan, Awas Nyawa Melayang
Gegara Tikus Kencing Sembarangan, Awas Nyawa Melayang

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.