BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Di balik hiruk-pikuk MotoGP Aragon akhir pekan ini, terselip drama yang lebih dari sekadar balapan biasa.
Ini adalah kisah dua saudara kandung, Marc dan Alex Marquez yang kini bukan hanya berbagi nama keluarga, tapi juga bersaing sengit dalam perebutan gelar juara dunia.
Marc Marquez datang ke Aragon sebagai pemimpin klasemen sementara, unggul 24 poin atas adiknya. Namun, ini bukan sekadar pertarungan angka.
Ini adalah duel emosional antara kakak yang telah merajai sirkuit ini selama bertahun-tahun, dan adik yang mencoba menulis sejarahnya sendiri.
Di sirkuit Aragon, Marc bukan sekadar pembalap cepat. Ia adalah penguasa. Delapan kemenangan, termasuk empat kali berturut-turut di kelas utama, menjadikan lintasan ini semacam “rumah pribadi”nya.
Bahkan tahun lalu, ia menyapu bersih sesi kualifikasi, Sprint, dan Grand Prix utama dengan dominasi mutlak.
Baca Juga:
Marc Marquez Dibayangi Kendala Mesin
Alex Marquez tahu itu. Ia tahu betul betapa sulitnya menundukkan seseorang yang begitu menyatu dengan sirkuit ini, terlebih jika itu adalah saudara sendiri. Namun bukan berarti ia menyerah.
“Anda sudah berada di 100 persen, tapi dia berada di 101 persen. Di sini, berusaha sekuat tenaga saja mungkin tidak cukup untuk mengalahkan Marc. Ini salah satu kebunnya,” ujar Alex.
Meski begitu, Alex tak kehilangan arah. Ia menyadari, bahkan sang kakak pun tak kebal terhadap tekanan.
“Kita pernah lihat beberapa drama di masa lalu, beberapa kesalahan dari dia. Aragon bukan trek yang mudah,” ucapnya.
Dibalik helm dan kevlar pelindung, pertarungan ini juga menyimpan nuansa personal. Di satu sisi, ada rasa kagum, hormat, bahkan cinta sebagai saudara.
Di sisi lain, ada api kompetisi yang terus menyala. Alex ingin lebih dari sekadar menjadi “adik Marc”. Ia ingin dikenal sebagai Alex Marquez yang berdiri sendiri di podium tertinggi.
(Budis)