Drama “Ken Arok dan Ken Dedes”: Menggali Kisah Sejarah dan Pelajaran Kemanusiaan

Ken Arok dan Ken Dedes
(dok.AI)

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Drama “Ken Arok dan Ken Dedes”, karya Muhammad Yamin, merupakan salah satu karya sastra yang mengangkat kisah sejarah Kerajaan Singosari.

Dipentaskan pertama kali pada puncak acara Kongres Pemuda (Sumpah Pemuda) pada (28/10/1928), drama ini kemudian dimuat dalam majalah Poedjangga Baroe pada tahun 1934.

Drama ini mengisahkan perjuangan dan kehidupan Kerajaan Singosari, dengan fokus pada tema keadilan yang harus ditegakkan. Kisah ini berpusat pada tokoh Ken Arok, raja Singosari, dan Ken Dedes, permaisurinya.

Alur cerita diawali dengan pertemuan dari keduanya, yang kemudian menjadi raja dan permaisuri. Ken Arok, yang terkenal sebagai sosok ambisius dan kejam, mengalami konflik internal saat memilih putra mahkota.

Ia bersikukuh memilih Mahisa Wong Ateleng, adik Anusapati, sebagai penerusnya, meskipun para pembesar istana lebih condong memilih Anusapati karena statusnya sebagai anak sulung.

Keputusan Ken Arok ini memicu kekecewaan Anusapati. Melalui ibunya, Ken Dedes, Anusapati akhirnya mengetahui bahwa Ken Arok bukanlah ayah kandungnya. Ayahnya yang sebenarnya adalah Tunggul Ametung, yang telah dibunuh oleh Ken Arok dengan keris Empu Gandring.

Balas dendam

Rasa dendam memuncak di hati Anusapati. Ia menuntut balas atas kematian ayahnya. Di tengah perdebatan sengit dalam rapat penobatan putra mahkota, Brahmana Lohgawe, penasihat kerajaan, mendesak Ken Arok untuk mengakui kesalahannya di masa lampau.

Ken Arok, sebagai seorang ksatria, akhirnya menyadari kesalahannya dan menerima hukuman mati dengan keris Empu Gandring.

Sebelum meninggal, Ken Arok menunjuk Anusapati sebagai raja Singosari yang baru. Ken Dedes, sebagai istri yang setia, ikut bunuh diri setelah kematian suaminya.

BACA JUGA : Memperingati Sejarah Hari Kesaktian Pancasila, Ini Temanya!

Drama sepasang suami istri ini merupakan perwujudan citra manusia yang berusaha menegakkan keadilan di tengah masyarakat. Drama ini juga menggambarkan sisi gelap ambisi dan kekejaman manusia, serta pentingnya pengakuan kesalahan dan penebusan dosa.

Cerita ini digolongkan sebagai karya Angkatan Pra-Pujangga Baru, menunjukkan perkembangan sastra Indonesia pada masa awal kemerdekaan.

Meskipun diangkat dari kisah sejarah, “Ken Arok dan Ken Dedes” menawarkan refleksi yang universal tentang keadilan, pengorbanan, dan konflik batin manusia.

 

(Hafidah Rismayanti/)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Istilah wibu
Mengulik Istilah dan Ciri-ciri Anak Wibu
Komisi XIII DPR RI
AKD Baru, Komisi XIII DPR RI Belum Bisa Kerja
mitsubishi mobil konsep
Mitsubishi Pamerkan Mobil Konsep Menuju Debut di ASEAN, Indonesia Kapan?
Rantis_Maung_4x4_Pindad
Mobil Dinas, Menteri Kabinet Merah Putih Siap Gunakan Maung!
Cek Fakta
Cek Fakta: Video Andre Taulany Promosikan Situs Judi?
Berita Lainnya

1

Prabowo Gunakan Uang Pribadi Biayai Pembekalan Kabinet Merah Putih

2

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

3

Daftar Pajak Kijang Diesel, Semua Tipe Lengkap!

4

Cara Mention Orang di Status WhatsApp, Mirip Instagram Stories!

5

Gampang, Begini Cara Screenshot di Infinix Note 40
Headline
Portland Trail Blazers Kalahkan New Orleans Pelicans
Portland Trail Blazers Kalahkan New Orleans Pelicans 125-103 dalam Lanjutan kompetisi NBA
Sumpah Pemuda Manchester United
Klub Manchester United Ucapkan Selamat Hari Sumpah Pemuda, Kutip Ucapan Bung Karno
Kapolda NTT Irjen Daniel Tahi Monang Silitonga kasus PTDH Ipda Rudy Soik
Jelimet PTDH Ipda Rudy Soik, Kapolda NTT: Kasus Bermula dari Room Karaoke
Ze Valente Pastikan Persik Kediri Dalam Motivasi Tinggi
Ze Valente Pastikan Persik Kediri Dalam Motivasi Tinggi Untuk Taklukan Persib Bandung