Doom Spending, Ancaman Finansial di Kalangan Generasi Z dan Milenial

Penulis: Budi

Doom Spending
(Foto: Today)
[galeri_foto] [youtube_embed]

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Fenomena “Doom Spending” telah menjadi tren yang mengkhawatirkan di kalangan Generasi Z dan Milenial, di mana kebiasaan belanja impulsif dan konsumsi yang tidak terkontrol semakin umum terjadi.

Istilah “Doom Spending” merujuk pada tindakan menghabiskan uang untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan, sering kali dilakukan sebagai bentuk pelarian dari kecemasan, tekanan sosial, atau hanya untuk memberikan “self-reward” setelah bekerja keras.

Namun, kebiasaan ini memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada sekadar memuaskan hasrat konsumtif sesaat, terutama dalam hal keuangan jangka panjang.

Banyak dari anggota Generasi Z dan Milenial yang terjebak dalam pola konsumsi yang berbahaya ini akibat pengaruh media sosial.

Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube dipenuhi dengan konten yang mempromosikan gaya hidup mewah, barang-barang eksklusif, pakaian desainer, gadget terbaru, hingga liburan eksotis.

Paparan yang konstan terhadap konten semacam ini menciptakan ekspektasi sosial yang tidak realistis, di mana kebahagiaan dan status sosial sering kali dikaitkan dengan kepemilikan barang-barang konsumtif tersebut.

Menurut Ylva Baeckstrom, dosen senior keuangan di King’s Business School, perilaku “Doom Spending” merupakan sesuatu yang tidak sehat dan dapat berakibat fatal.

Dalam wawancaranya dengan CNBC Make It, ia menyatakan bahwa “Doom Spending” sering kali dipicu oleh eksposur berita buruk melalui media sosial, yang menyebabkan perasaan cemas dan ketidakpastian.

Ketika individu merasa tertekan oleh kondisi sosial atau emosional, mereka cenderung menggunakan belanja sebagai bentuk kompensasi emosional, meskipun barang yang mereka beli tidak benar-benar dibutuhkan.

Hal ini menciptakan siklus belanja impulsif yang sulit dihindari, terutama di kalangan generasi muda yang lebih rentan terhadap pengaruh media sosial.

Generasi Z, yang tumbuh di era digital, sangat terpapar pada tekanan sosial di dunia maya. Mereka kerap merasa “tertinggal” atau mengalami FOMO (Fear of Missing Out) ketika melihat teman-teman mereka atau para influencer memamerkan barang-barang baru atau gaya hidup yang tampak lebih glamor.

Sebagai hasilnya, banyak yang terdorong untuk mengikuti tren tersebut demi menjaga citra diri, bahkan ketika hal tersebut berisiko terhadap stabilitas finansial mereka.

Survei yang dilakukan oleh CNBC tentang keamanan finansial menunjukkan bahwa hanya 36,5 persen orang dewasa merasa kondisi keuangan mereka lebih baik dibandingkan orang tua mereka, sementara 42,8 persen lainnya merasa kondisi mereka lebih buruk.

Hasil ini mengungkapkan bahwa banyak anggota Generasi Z dan Milenial yang menghadapi tantangan besar dalam mengelola keuangan mereka. Meskipun memiliki akses ke lebih banyak informasi dan teknologi, mereka justru terperangkap dalam gaya hidup konsumtif yang memperparah situasi keuangan pribadi.

Salah satu aspek yang paling meresahkan dari “Doom Spending” adalah dampaknya terhadap stabilitas finansial jangka panjang.

Banyak dari anggota Generasi Z yang masih berada dalam tahap awal karier mereka, dengan pendapatan yang relatif rendah atau tidak stabil.

Belanja impulsif yang tidak terkontrol membuat mereka sulit untuk menabung atau mempersiapkan dana darurat. Alih-alih menabung untuk tujuan keuangan yang lebih besar, seperti membeli rumah, membayar utang pendidikan, atau pensiun, mereka justru menghabiskan uang untuk hal-hal yang sifatnya sementara.

Dalam banyak kasus, kebiasaan “Doom Spending” juga mendorong penggunaan kartu kredit atau pinjaman online.

Gaya hidup konsumtif yang didukung oleh pinjaman ini akhirnya membawa mereka pada utang yang menumpuk, yang tanpa perencanaan yang baik dapat menjadi beban finansial yang berat di masa depan.

Dalam jangka panjang, utang yang tidak terkendali ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk mencapai stabilitas keuangan dan meningkatkan risiko masalah finansial yang lebih serius.

Fenomena “Doom Spending” ini menjadi salah satu faktor utama yang membuat Generasi Z dan Milenial lebih cepat mengalami kesulitan keuangan dibandingkan generasi sebelumnya.

Perilaku konsumtif yang didorong oleh tekanan sosial dan emosional tidak hanya mengurangi kemampuan mereka untuk menabung, tetapi juga menempatkan mereka dalam siklus utang yang sulit diatasi.

Untuk menghadapi ancaman ini, Generasi Z perlu mengembangkan kesadaran finansial yang lebih baik. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan.

Belanja berdasarkan kebutuhan dapat membantu mengurangi pengeluaran impulsif dan menjaga pengeluaran tetap terkendali.

BACA JUGA: Ini Tantangan Hidup Generasi Z, Banyak Tekanan!

Menyusun anggaran bulanan yang disiplin juga menjadi kunci untuk mengelola keuangan dengan baik. Dengan adanya anggaran, seseorang dapat melacak pengeluaran dan menetapkan batasan untuk mencegah belanja berlebihan.

Selain itu, penting bagi generasi muda untuk membangun kebiasaan menabung secara rutin. Menabung bukan hanya tentang menyimpan uang, tetapi juga tentang mempersiapkan masa depan yang lebih aman secara finansial.

Memiliki dana darurat dapat membantu mereka menghadapi situasi tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan atau keadaan darurat medis, tanpa harus mengandalkan utang.

Edukasi keuangan juga memainkan peran penting dalam mengatasi fenomena “Doom Spending”. Banyak dari Generasi Z yang mungkin belum sepenuhnya memahami bagaimana mengelola uang dengan bijak atau bagaimana menghindari jebakan utang.

Dengan edukasi keuangan yang tepat, mereka bisa belajar untuk membuat keputusan yang lebih cerdas terkait pengeluaran dan tabungan, serta mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang.

Dalam era modern yang dipenuhi dengan tekanan sosial dan eksposur digital, “Doom Spending” adalah ancaman nyata yang dihadapi oleh banyak generasi muda.

Kebiasaan belanja impulsif yang tidak terkendali tidak hanya merusak kondisi keuangan saat ini, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang yang serius.

Oleh karena itu, penting bagi Generasi Z untuk lebih sadar tentang pola konsumsi mereka dan mulai mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengelola keuangan dengan bijak.

Jika tidak ditangani dengan baik, fenomena ini dapat menyebabkan generasi ini lebih cepat mengalami kesulitan finansial dibandingkan generasi sebelumnya.

 

(Budis)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
298e91f5-9d2a-4243-abc3-1f1af6a2b95a
Nico Hulkenberg Raih Podium Perdana F1 di Usia 37 Tahun
Ketupat, Lumpia, Otak-otak, Oxford English Dictionary
Ketupat, Lumpia dan Otak-otak Masuk Oxford English Dictionary (OED) Ternyata Tak Mudah, Ini Tahapannya
Arsitektur bangunan Kampung Adat Sinar Resmi Sukabumi
Makna di Balik Arsitektur Rumah Panggung Kampung Adat Sinar Resmi
Motif pembunuhan notaris
Motif Terungkap! Notaris Wanita Dibunuh Sopirnya Sendiri, Jasad Dibuang ke Citarum
KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam-7
Pencarian Hari ke-8, 2 Korban KMP Tunu Pratama Jaya Ditemukan
Berita Lainnya

1

Link Live Streaming Timnas Voli Indonesia vs Thailand SEA V League 2025 Selain Yalla Shoot

2

Daftar Pajak Isuzu Panter 2024, Lengkap Semua Tipe!

3

Wartawan TV Nasional Diintimidasi Saat Liput Aduan Orang Tua Siswa di Disdik Kota Bandung

4

Ditahan Imbang Arema FC, Rahmad Darmawan Senang Dengan Respons Skuat Liga Indonesia All-Star 

5

Gegara Layangan, Kereta Woosh Berhenti Mendadak di Jembatan Cigondewah
Headline
diplomat kemenlu meninggal
Diplomat Kemenlu Meninggal di Indekos, Muka Dipenuhi Lakban
Uji Coba Biodigester di Pasar Gedebage, Solusi Sampah Kota Bandung Mulai Diuji Lapangan
Uji Coba Biodigester di Pasar Gedebage, Solusi Sampah Kota Bandung Mulai Diuji Lapangan
Indonesia vs Thailand
Link Live Streaming Timnas Voli Indonesia vs Thailand SEA V League 2025 Selain Yalla Shoot
SPMB Jabar 2025
Hasil SPMB Jabar 2025 Tahap Dua Diumumkan, Wajib Daftar Ulang!

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.