BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, kembali menjadi sorotan publik. Bukan karena prestasi, tapi karena bencana tahunan yang tak kunjung usai banjir. Dari 297 desa yang ada di Karawang, hanya Desa Karangligar yang mendapat “gelar” sebagai langganan banjir. Ironisnya, dalam setahun, banjir bisa terjadi lebih dari 10 kali, bahkan menurut warga, bisa mencapai 20 kali.
Desa berpenduduk hampir 6 ribu jiwa ini tak punya banyak pilihan ketika banjir datang. Mereka harus mengungsi lagi dan lagi ke tempat yang lebih aman, termasuk kantor desa. Ketinggian air bisa mencapai lebih dari satu meter, dengan arus deras yang membahayakan.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang, banjir di Karangligar terjadi akibat tingginya muka air Sungai Cibeet dan Citarum. Letak geografis desa ini yang berada di titik pertemuan dua sungai besar membuatnya rawan terdampak luapan air, bahkan saat Karawang tidak sedang diguyur hujan.
Banyak Pejabat Datang, Banyak Janji Diberikan
Sudah menjadi pemandangan rutin presiden, gubernur, bupati, hingga anggota DPR dari berbagai tingkatan datang meninjau setiap kali banjir melanda Karangligar.
Dalam kunjungan tersebut, berbagai wacana program digulirkan, mulai dari pembangunan Bendungan Cibeet dan Cijurey, embung, kolam retensi, hingga relokasi warga.
Namun dari semua wacana itu, yang paling mencuri perhatian adalah janji pembangunan rumah panggung untuk ribuan warga. Janji ini disampaikan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, pada awal tahun 2025. Rumah kolong dengan tinggi 2,5 meter digadang-gadang jadi solusi agar warga tak perlu lagi mengungsi saat banjir.
“Rumah-rumah di daerah ini akan dibuat dengan kolong setinggi 2,5 meter. Jadi saat banjir, warga tidak perlu repot hingga berbasah-basah,” ujar Dedi.
Dedi juga mengakui relokasi bukan pilihan mudah, karena warga sudah puluhan tahun tinggal di Karangligar. Oleh karena itu, rumah panggung dianggap sebagai solusi paling realistis. Bahkan, ia menyebut pembangunan ini akan melibatkan pengusaha agar tak semata mengandalkan APBD.
Sayangnya, janji tinggal janji. Dari target 1.000 unit rumah panggung, hingga kini hanya 35 unit yang terealisasi. Hal itu diungkapkan tokoh masyarakat Asep Alvino yang mengutip keterangan dari Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman Karawang.
Baca Juga:
Nabati Berikan Komitmen untuk Warga Desa Ciparay Majalengka
Dilema Bandara, Kemenhub Kaji Reaktivasi Husein, Bandung Desak Akses Udara Dipulihkan
Pemerintah Pusat Turun Tangan
Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo, juga telah mengunjungi Desa Karangligar. Menurutnya, penyebab utama banjir adalah back water dari Sungai Cibeet yang membuat Saluran Pembuang Cidawolong dan Kedunghurang tidak berfungsi maksimal.
Dody memaparkan beberapa solusi seperti normalisasi saluran, pemasangan pompa, pembangunan parapet, serta rumah pompa. Ia menegaskan perlunya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah demi efektivitas penanganan.
Kini warga Karangligar hanya bisa berharap, agar janji-janji tersebut tak lagi hanya sekadar retorika. Warga seperti Oni, yang sudah bertahun-tahun pasrah hidup dalam siklus banjir, butuh solusi nyata, bukan sekadar kunjungan dan pidato.
(Hafidah Rismayanti/Budis)