BANDUNG,TM.ID: Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Barat mengungkap, adanya ancaman krisis air yang cukup serius akibat perubahan penggunaan lahan dan pemukiman yang masif di kawasan Kabupaten Bandung.
WALHI Jabar dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) tentang Tata Ruang dan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung mencatat, kawasan pemukiman mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 8.743,34 hektar dibandingkan dengan periode RTRW sebelumnya pada tahun 2016-2036.
Perubahan utama yang mencolok adalah perubahan kawasan pertanian menjadi kawasan pemukiman. Data mencatat bahwa terjadi pengurangan lahan pertanian sebesar 5.354,61 hektar dibandingkan dengan periode RTRW sebelumnya, mengurangi luas lahan pertanian dari 39.422,96 hektar menjadi 34.068,35 hektar.
Pergeseran alih fungsi lahan ini berdampak pada tutupan lahan, terutama dalam hal peresapan air.
Kawasan pemukiman yang semakin meluas mengurangi lahan resapan air yang penting. Kawasan pemukiman dengan bangunan dan jalan aspal sangat membatasi resapan air.
Yang lebih mengkhawatirkan, banyak kawasan pemukiman baru ini berlokasi di daerah tangkapan air Mikro DAS, seperti yang terjadi di Mikro DAS Cipelah, Kelurahan Wargamekar, Kecamatan Baleendah.
BACA JUGA: Puluhan Rumah di Sukabumi Dilaporkan Rusak Diterjang Angin Puting Beliung
Kecamatan Baleendah menghadapi defisit air sebesar 9.559.297 liter per tahun. Semakin terbatasnya resapan air ini akan meningkatkan ketergantungan pada pasokan air dari wilayah lain.
Alih fungsi lahan untuk pemukiman juga terjadi di sejumlah kecamatan lainnya, termasuk Bojongsoang, Ciparay, Arjasari, Katapang, Soreang, Majalaya, Solokan Jeruk, Cicalengka, dan Rancaekek. Penetapan Kabupaten Bandung sebagai bagian dari Kawasan Strategis Nasional (KSN) Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung berpotensi memperkuat tren perubahan lahan ini.
Dalam konteks Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung yang diatur oleh Perpres No. 45 tahun 2018, Kabupaten Bandung memiliki peran sebagai destinasi wisata. Hal ini tercermin dalam pembangunan kawasan wisata yang masif, seperti yang terlihat di Kecamatan Pangalengan. Pengembangan pariwisata ini juga menarik banyak investasi untuk bangunan seperti villa dan hotel.
Ancaman lain terhadap sumber daya air adalah perluasan kawasan industri yang berada di wilayah dengan daya dukung air yang rendah di wilayah Kabupaten Bandung tersebut.
Dalam hal distribusi air juga masih terjadi masalah, jaringan PDAM masih belum mampu mencapai semua wilayah yang ada di Kabupaten Bandung. Bahkan, disebutkan perebutan air masih sering terjadi di kawasan pertanian di Kabupaten Bandung.
Masalah air di Kabupaten Bandung memiliki dampak luas pada Kawasan Cekungan Bandung, terutama Kota Bandung. Sungai Cisangkuy yang berada di wilayah selatan Bandung, adalah salah satu sumber utama air baku PDAM Kota Bandung.
(Dist)