Dari Likuiditas ke Pinjol: Mengapa Masyarakat Memilih Pembiayaan Instan?

Dari Likuiditas ke Pinjol: Mengapa Masyarakat Memilih Pembiayaan Instan?
Ilustrasi-Dari Likuiditas ke Pinjol: Mengapa Masyarakat Memilih Pembiayaan Instan? (Ist)

Bagikan

Mengelola keuangan itu bukan cuma soal berapa besar pendapatanmu, tapi juga seberapa siap kamu menghadapi kebutuhan mendesak. Baik kamu seorang pelajar, pekerja kantoran, pebisnis, atau bahkan institusi besar, satu hal yang wajib diperhatikan adalah likuiditas.

Contohnya, seseorang yang memiliki tabungan tunai, akses kartu kredit, atau pinjaman yang mudah dicairkan bisa dianggap memiliki likuiditas tinggi. Sebaliknya, orang yang memiliki aset tetapi tidak bisa segera mencairkannya seperti rumah, tanah, atau kendaraan  bisa dikatakan memiliki likuiditas rendah.

Baca Juga:

Bank Indonesia Prediksi Penjualan Eceran dan Inflasi akan Meningkat

Apa itu Likuiditas?

Likuiditas adalah kemampuan mengubah aset jadi uang tunai dengan cepat tanpa bikin nilainya turun drastis. Contohnya? Uang tunai, deposito jangka pendek, emas batangan, reksa dana pasar uang, dan saham yang aktif diperdagangkan.

Cara Menjaga Likuiditas

  1. Catat arus kas – Biar tahu kondisi keuangan dan bisa ambil keputusan tepat.
  2. Diversifikasi aset – Jangan taruh semua uang di satu tempat.
  3. Kendalikan pengeluaran – Bedakan antara kebutuhan dan keinginan.

Namun bagi masyarakat umum, likuiditas berarti satu hal:
 kemampuan memperoleh uang dengan cepat saat dibutuhkan, tanpa prosedur yang rumit.

Risiko Kalau Likuiditas Rendah

  • Susah bayar tagihan mendadak
  • Terpaksa jual aset murah
  • Kehilangan peluang investasi

Likuiditas itu penting buat jaga stabilitas keuangan. Pastikan kamu selalu siap, terutama buat kebutuhan mendesak. Keuangan sehat = hidup lebih tenang.

Masyarakat harus mengenali Aset Likuid: Simpanan yang Mudah Dicairkan

Aset likuid adalah harta yang bisa dengan cepat diubah jadi uang tunai tanpa banyak kehilangan nilai. Penting banget untuk kebutuhan darurat atau keperluan mendadak.

Baca Juga:

Saat Emas Ramai Diburu, OJK dan Pegadaian Ingatkan Masyarakat Hati-hati

Contoh Aset Likuid:

  1. Uang tunai – Paling mudah dipakai kapan saja.
  2. Deposito jangka pendek – Bisa dicairkan cepat, meski kadang kena penalti.
  3. Emas batangan – Mudah dijual di banyak tempat.
  4. Reksa dana pasar uang – Bisa dicairkan dalam 1–2 hari kerja.
  5. Saham aktif di bursa – Bisa dijual saat pasar buka, meski harganya fluktuatif.

Ketika Bank Tidak Menjadi Pilihan

Sayangnya, tidak semua masyarakat memiliki kemudahan akses ke lembaga keuangan formal. Untuk mengajukan pinjaman ke bank, seseorang biasanya harus memenuhi persyaratan seperti slip gaji, riwayat kredit baik (BI Checking), jaminan, dan proses verifikasi yang bisa memakan waktu berhari-hari. Prosedur ini dianggap wajar dari sisi manajemen risiko bank, namun di sisi lain menciptakan jurang akses bagi mereka yang bekerja secara informal atau tidak memiliki dokumentasi lengkap.

“Kami mencatat bahwa sebagian besar masyarakat yang bekerja secara informal tidak memiliki akses kredit formal karena tidak bisa memenuhi syarat perbankan,” kata Mahendra Siregar, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dalam konferensi pers Oktober 2024.

Hal ini mendorong masyarakat untuk mencari jalur lain: pinjaman daring. Berdasarkan data OJK, pada tahun 2024 tercatat lebih dari 17 juta akun aktif pengguna pinjaman online di Indonesia. Angka ini menunjukkan tingginya kebutuhan masyarakat terhadap sumber dana cepat.

Jebakan Pinjol: Ketika Kemudahan Kredit Menggerus Likuiditas
Pinjaman online (pinjol) memang menawarkan kemudahan: cepat cair, syarat ringan, cukup dari ponsel. Tapi kemudahan ini bisa jadi jebakan jika tak disertai perencanaan. Banyak orang terjebak bunga tinggi, cicilan tak terkendali, hingga harus gali lubang tutup lubang. Akibatnya, likuiditas kemampuan punya uang tunai saat butuh pun anjlok.

Baca Juga:

Bank Emas Diresmikan, Begini Respon OJK-Antam

Bagaimana Pinjol Menggerus Likuiditas?

  • Bunga dan biaya tinggi , bikin pengeluaran membengkak
  • Siklus utang,  mendorong pinjam lagi untuk bayar pinjaman lama
  • Dana habis untuk konsumsi, bukan produktivitas
  • Penagihan agresif, bisa mengganggu penghasilan dan kesehatan mental

Contoh Nyata

Budi, seorang pekerja lepas, meminjam Rp 1 juta dari pinjol. Karena gagal bayar, ia pinjam lagi di tempat lain. Tanpa sadar, utangnya menumpuk jadi jutaan rupiah beserta dengan bunga yang cukup tinggi yang ditawarkan oleh si pemberi pinjaman. Gaji habis untuk cicilan, uang darurat tak ada, kebutuhan pokok pun terancam.

Dampak Lebih Luas

Krisis likuiditas bukan cuma risiko individu. Jika banyak platform pinjol tak mampu menjaga likuiditasnya, bisa muncul risiko sistemik. Sejumlah kasus kebangkrutan pinjol di Indonesia mengindikasikan manajemen keuangan yang buruk, dan sayangnya, konsumen yang jadi korban.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

  • Rencanakan keuangan, buat anggaran dan dana darurat
  • Hindari pinjol konsumtif, pinjam hanya untuk kebutuhan mendesak atau produktif
  • Cek legalitas pinjol, pastikan terdaftar di OJK
  • Tingkatkan literasi keuangan, agar tak mudah terjebak janji manis kredit instan

Fenomena ini menunjukkan adanya kesenjangan besar dalam sistem keuangan nasional. Di satu sisi, kita memiliki lembaga keuangan resmi yang stabil dan terjamin. Di sisi lain, jutaan warga tidak dapat mengakses layanan tersebut karena terbentur syarat dan prosedur.

Ke depannya, dibutuhkan dua hal:

  1. Inovasi dari sektor keuangan formal, terutama dalam penyediaan produk pinjaman mikro yang cepat, fleksibel, dan aman.
  2. Peningkatan literasi keuangan masyarakat, agar mereka memahami risiko dan dapat memilih layanan keuangan dengan lebih bijak.

Sektor perbankan perlu menyesuaikan diri dengan realitas sosial-ekonomi masyarakat Indonesia, bukan sebaliknya. Tanpa reformasi struktural dalam cara sistem keuangan bekerja, masyarakat akan terus mencari likuiditas di luar sistem resmi — meski berisiko tinggi.

Penutup

Likuiditas bukan hanya istilah teknis dalam buku ekonomi, tetapi sesuatu yang menyentuh hidup setiap orang. Ini adalah soal kemampuan bertahan, mengatasi krisis, dan menghadapi kebutuhan mendesak. Di tengah ketidakseimbangan akses dan risiko, masyarakat bergerak sendiri. Pertanyaannya, apakah sistem keuangan kita akan mengikuti langkah mereka  atau terus tertinggal?

Artikel ini merupakan hasil kolaborasi dari anggota Kelompok Belajar 2 dalam mata kuliah General Banking di Universitas Indonesia membangun, Anggota : Lidya Srinita G, Muhamad Hammam Faisal H, Nursifa Aulia, Raifan Ridki Nur Fallah, Reydha Arillia, Sandrina Kaysa Brenda, Thia Nurafifah, Verlianingsih, Tegar Dwi Syafaat, Agung Permana, Ari Mahendra

Penulis:

Lidya Srinita G, Muhamad Hammam Faisal H, Nursifa Aulia, Raifan Ridki Nur Fallah, Reydha Arillia, Sandrina Kaysa Brenda, Thia Nurafifah, Verlianingsih, Tegar Dwi Syafaat, Agung Permana, Ari Mahendra

Jurusan : Manajemen
Mata Kuliah : General Banking
Universitas Indonesia Membangun (INABA)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Fahad Haydra
Biodata Fahad Haydra, Aktor Ganteng Film 'Racun Sangga' yang Viral di Tiktok!
gibran mundur
AM Hendripriyono Ragu dengan Desakan Gibran Mundur dari Purnawirawan TNI
Konser Day6
Konser Day6 Jakarta Ricuh! Hujan, Refund, dan Permintaan Maaf JYP Bikin Fans Panas Dingin
Valerie Tifanka
Akhirnya Sah! Valerie Tifanka Menikah dengan Polisi Ganteng
Penembakan samarinda
Polisi Masih Usut Pelaku Penembakan di Tempat Hiburan Malam di Samarinda
Berita Lainnya

1

Link Live Streaming Real Madrid vs Celta Vigo Selain Yalla Shoot di La Liga 2024/2025

2

Dari Likuiditas ke Pinjol: Mengapa Masyarakat Memilih Pembiayaan Instan?

3

Link Live Streaming Chelsea vs Liverpool Selain Yalla Shoot di Premier League 2024/2025

4

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

5

Daftar Pajak Kijang Diesel, Semua Tipe Lengkap!
Headline
francesco-bagnaia-ducati-team-1-4197437430
Francesco Bagnaia di Bawah Tekanan, Ducati Minta Sang Juara Tampil Lebih Garang
diskon motor listrik pevs 2025
Tebar Diskon Motor Listrik di PEVS 2025, Maksimal Belasan Juta!
kampung indonesia
Prabowo Bakal Bangun Kampung Indonesia di Makkah, Dekat Masjidil Haram!
Real Madrid
Link Live Streaming Real Madrid vs Celta Vigo Selain Yalla Shoot di La Liga 2024/2025

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.