BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Serangan yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump di situs media sosial Truth Social, memperdalam keterlibatan AS dalam konflik Timur Tengah. Setelah pengumuman tersebut, investor memperkirakan keterlibatan AS kemungkinan akan menyebabkan aksi jual ekuitas dan meningkatkan permintaan terhadap dolar dan aset safe haven lainnya.
“Saya pikir pasar awalnya akan waspada, dan saya pikir minyak akan dibuka lebih tinggi,” kata Kepala Investasi Potomac River Capital, Mark Spindel, seperti dilansir dari Reuters melalui beritasatu.
“Saya pikir ketidakpastian akan menyelimuti pasar, karena sekarang orang Amerika di mana-mana akan terekspos. Ini akan meningkatkan ketidakpastian dan volatilitas, terutama dalam minyak,” tambahnya.
Baca Juga:
Kekhawatiran utama bagi pasar akan berpusat di sekitar dampak potensial dari perkembangan di Timur Tengah. Selain harga minyak, kenaikan inflasi dapat meredam kepercayaan konsumen dan mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga jangka pendek.
Sebelum serangan AS, analis di Oxford Economics memodelkan tiga skenario, termasuk de-eskalasi konflik, penghentian total produksi minyak Iran, dan penutupan Selat Hormuz, masing-masing dengan dampak yang semakin besar pada harga minyak global.
Dalam kasus yang paling parah, harga minyak global melonjak ke sekitar US$ 130 per barel, mendorong inflasi AS mendekati 6% pada akhir tahun ini, kata Oxford dalam catatan tersebut. (_usamah kustiawan)