BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Ilmuwan di China mengumumkan proyek ambisius pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di luar angkasa. Proyek ini disebut-sebut dapat merevolusi sistem energi global di masa depan.
Rencananya, China akan meluncurkan stasiun tenaga surya raksasa ke orbit luar angkasa untuk mengumpulkan energi matahari dan mengirimkannya kembali ke Bumi.
Proyek ini dijuluki sebagai “Bendungan Tiga Ngarai versi luar angkasa”, merujuk pada Bendungan Tiga Ngarai di Sungai Yangtze. Bendungan Tiga Ngarai atau “Three Gorges Dam” merupakan proyek pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia yang mampu menghasilkan 100 miliar kilowatt-jam listrik setiap tahun.
“Proyek ini sama pentingnya dengan memindahkan Bendungan Tiga Ngarai ke luar angkasa,” kata Long Lehao, ilmuwan utama dalam proyek ini.
Selain itu, Long mengklaim bahwa dalam satu tahun, stasiun tenaga surya luar angkasa bisa mengumpulkan energi setara dengan seluruh cadangan minyak yang bisa diekstraksi dari Bumi.
Secara konsep, infrastruktur pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) ini akan mengumpulkan energi matahari di luar angkasa. Energi yang dihasilkan lalu diubah menjadi radiasi gelombang mikro menggunakan satelit tenaga surya (Solar Power Satellites atau SPS) yang kemudian dipancarkan ke antena penerima di Bumi.
Mengutip jurnal Sustainability, stasiun pembangkit tersebut dirancang memiliki panjang sekitar satu kilometer dan akan ditempatkan di orbit geostasioner, yaitu 36.000 kilometer di atas permukaan Bumi.
Di orbit ini, posisi satelit akan tetap berada di titik yang sama terhadap permukaan Bumi, memungkinkan mendapat paparan sinar matahari yang terus-menerus.
Dengan posisinya yang ada di luar angkasa, stasiun ini terhindar dari gangguan cuaca atau siklus siang-malam. Para ilmuwan memperkirakan output energi dari PLTS luar angkasa ini bisa mencapai 10 kali lipat lebih besar dibandingkan panel surya konvensional yang di bangung di Bumi.
BACA JUGA:
Menuju Net Zero 2060, Indonesia Targetkan 73,6% Listrik dari Energi Terbarukan
Swasembada Energi: ESDM Targetkan Listrik Tenaga Nuklir Terwujud di 2032, Realistis?
Stasiun tenaga surya tersebut akan dibangun di Bumi dan kemudian diluncurkan ke luar angkasa menggunakan roket berat generasi baru China, Long March-9. Setelah berada di orbit, satelit akan mulai mengumpulkan dan mengirimkan energi kembali ke Bumi.
Meski terdengar simpel, proyek PLTS luar angkasa milik china ini kemungkinan besar akan membutuhkan waktu bertahun-tahun hingga bisa terealisasi. Tantangan teknis seperti merancang roket yang mampu mengirimkan dan menyusun infrastruktur besar di luar angkasa menjadi hambatan utama.
Namun begitu, para ilmuwan tetap optimis dengan masa depan proyek pembangkit listrik tenga surya (PLTS) berbasis luar angakasa ini. “Ini proyek luar biasa yang patut kita nantikan,” ujar Long Lehao, Seperti dikutip dari South China Morning Post.
China bukan satu-satunya negara yang mengumumkan ketertarikan nya dengan teknologi ini. Perusahaan kedirgantaraan Amerika Serikat seperti Lockheed Martin dan Northrop Grumman, Badan Antariksa Eropa (ESA), serta Badan Antariksa Jepang (JAXA) juga tengah mengeksplorasi potensi energi surya luar angkasa. JAXA bahkan mengumumkan akan meluncurkan satelit percobaan skala kecil tahun ini untuk menguji kelayakan teknologi ini.
Jika berhasil, teknologi tenaga surya luar angkasa dapat menjadi inovasi baru dalam penyediaan energi bersih, berkelanjutan, dan dapat diakses secara global.
(Raidi/Aak)