BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Manajer Akademi Persib Cimahi (APC), Firman Hadillah ceritakan pengalaman menarik di balik gelar juara Gothia Cup U-23 yang didapat timnya. Selain pengalaman, Firman Hadillah mengungkapkan cerita menarik lainnya ialah soal cara anak asuhnya menyerap ilmu dari atmosfer di turnamen tersebut.
Bagi Firman Hadillah, keterlibatan APC di ajang ini bukan semata untuk mencari prestasi dan mempertebal jam terbang para pemainnya, jauh dari itu turnamen ini menjadi jalan pemainnya mengenal lingkungan sepak bola secara lebih luas.
Dalam turnamen tersebut, ia melihat para pemainnya mampu menjaga sportivitas dan itu menjadi hal yang diutamakan. Sikap para pemainnya baik di dalam maupun luar lapangan juga mendapat hormat dari kontestan lain, hingga mereka bisa menjaga nama baik Indonesia dari banyak aspek.
“Sukanya selama mengikuti turnamen ini, mungkin sukanya kita mendapat pengalaman baru di event-event yang terbesar sekali. Karena kita melihat berbagai negara itu hadir, berbagai bahasa itu hadir, budaya itu hadir. Kami, mungkin anak-anak kita di sini bisa menyerap semua perkawanan,” terang pria yang akrab disapa Firman Hejo tersebut.
Baca Juga:
Lima Hari di Thailand, Bojan Hodak Beberkan Chemistry Tim Persib
Hal menyenangkan lainnya ialah ketika semua awak timnya menikmati keindahan pemandangan di Swedia. Mereka juga mempelajari bagaimana cara masyarakat di Swedia menjaga wilayahnya. Sehingga para pemain juga menerapkan gaya hidup tertib, meski berada di negara lain.
“Terus kebagian yang lainnya mungkin ya saya kira banyak-banyak yang kita serap ya mengenai masalah kota tersebut. Kan sebut sangat indah yang dalam artian bersih di mana-mana.Kalau boleh saya bilang juga, saya aneh di dalam lapangan pun sendiri tidak ada yang namanya jualan minuman,” tambahnya.
Sedangkan untuk dukanya, Firman mengatakan para pemainnya terbiasa mengonsumsi nasi sebagai energi dan karbohidrat. Sedangkan di Swedia, mereka mendapatkan kerbohidrat melalui roti. Sehingga energi para pemainnya sedikit berubah.
“Mengenai masalah dukanya mungkin anak-anak, mengenai masalah makanan mungkin ya. Makanan memang kalau berbicara-ngomongin tenaga itu kan memang harus anak-anak kita kan perlu energinya, karbohidratnya nasi,” tutur Firman.
Akan tetapi ia mengaku takjub dengan proses adaptasi para pemainnya saat dihadapkan dengan roti. Meski sempat beberapa hari mengalami kesulitan, namun lambat laun, mereka bisa mengatasi hal tersebut hingga sukses menaklukan perbedaan cuaca dan bermain sangat apik.
“Kalau di sana kan harus roti. Nah itu harus betul-betul yang harus selama dua hari, tiga hari ini memang anak-anak harus berupaya bisa mengikuti kebiasaan di sana.Terus dengan cuaca, cuaca istilahnya ini kayak terang sekali tapi dingin.” tutupnya. (RF/_Usk)