BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID —Perusahaan induk TikTok, ByteDance tengah rencanakan produksi massal dua jenis GPU AI yang akan siap pada tahun 2026.
Hal demikian, untuk mengurangi ketergantungan da Nvidia dan untuk mematuhi aturan ekspor yang berlaku di AS, menurut laporan dari The Information.
Proyek ini akan melibatkan TSMC, produsen chip terkemuka, yang akan memproduksi GPU menggunakan teknologi canggih N4 atau N5. ByteDance saat ini mengandalkan sekitar 200.000 GPU Nvidia H20, dengan pengeluaran tahun ini melebihi $2 miliar.
Meskipun sebagian besar GPU tersebut belum terkirim, biaya yang tinggi dan pasokan yang terbatas telah mendorong perusahaan untuk menciptakan chip AI sendiri.
Dengan produksi GPU in-house, ByteDance berharap dapat menghemat biaya dan memiliki kontrol yang lebih baik terhadap perangkat keras AI-nya.
Dua GPU untuk Tugas Berbeda
Dua GPU yang sedang dikembangkan ByteDance akan memiliki fungsi berbeda. Satu GPU akan fokus pada pelatihan model AI, sedangkan yang lainnya akan menangani inferensi, yaitu penggunaan model yang telah dilatih untuk membuat prediksi real-time, seperti rekomendasi konten di TikTok.
ByteDance akan bekerja sama dengan Broadcom, perusahaan berpengalaman dalam desain chip AI, untuk mengembangkan GPU ini. Chip yang dihasilkan diharapkan dapat beroperasi dengan efisiensi energi tinggi, mirip dengan performa GPU Blackwell milik Nvidia.
Meskipun diharapkan memiliki performa yang baik, GPU ByteDance mungkin tidak sekuat H100 milik Nvidia, terutama karena pembatasan ekspor dari AS.
Namun, langkah ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada Nvidia dan menciptakan peluang untuk penghematan biaya.
Tantangan dalam Pengembangan Perangkat Lunak
Namun, tantangan besar bagi ByteDance bukan hanya pada pengembangan perangkat keras. Saat ini, perusahaan masih bergantung pada perangkat lunak CUDA dari Nvidia untuk menjalankan sistem AI-nya.
Peralihan ke GPU yang dikembangkan sendiri akan memerlukan pengembangan platform perangkat lunak baru yang dapat berfungsi dengan chip yang baru.
Perusahaan-perusahaan Tiongkok lainnya, seperti Huawei, telah berusaha mengembangkan GPU AI mereka sendiri, namun masih bergantung pada Nvidia untuk banyak tugas.
ByteDance mungkin mengikuti jejak yang sama, dengan memanfaatkan GPU-nya untuk beban kerja tertentu, sementara masih menggunakan GPU Nvidia untuk tugas-tugas yang lebih berat.
Dominasi Nvidia di Pasar AI
Meskipun ByteDance mengembangkan GPU sendiri, Nvidia tetap menjadi pemimpin di pasar perangkat keras AI. GPU H20, yang merupakan versi lebih sederhana dari H100, sangat diminati di Tiongkok.
Nvidia berencana untuk mengirimkan lebih dari satu juta unit H20 ke perusahaan-perusahaan Tiongkok tahun ini, menghasilkan pendapatan yang diperkirakan mencapai $12 miliar.
Meskipun banyak perusahaan berlomba-lomba mengembangkan GPU AI mereka sendiri, produk Nvidia masih mendominasi pasar.
BACA JUGA: Pakai Undang-undang, AS Suruh ByteDance Jual TikTok
Langkah ByteDance dalam membangun dua jenis GPU AI sendiri merupakan langkah besar, tetapi waktu dan pengembangan platform perangkat lunak yang efektif akan menjadi kunci untuk bersaing dengan Nvidia.
Jika ByteDance berhasil, ini dapat mengubah lanskap perangkat keras AI, terutama di Tiongkok, di mana permintaan akan chip AI terus meningkat.
(Virdiya/Aak)