BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia kini hadir dengan wajah baru. BRI Liga 1 resmi berganti nama menjadi BRI Super League dan memperkenalkan sejumlah regulasi anyar untuk musim 2025/2026, salah satunya soal kuota pemain asing.
Untuk pertama kalinya, klub diperbolehkan mendaftarkan hingga 11 pemain asing. Delapan di antaranya bahkan bisa langsung bermain sejak menit pertama dalam satu pertandingan. Regulasi ini mulai diperkenalkan ke publik pada Senin, 7 Juli 2025, dan menjadi salah satu terobosan paling mencolok dalam sejarah kompetisi domestik.
Sebelumnya, regulasi pemain asing hanya mengizinkan delapan nama untuk didaftarkan oleh masing-masing klub. Namun dari delapan itu, hanya enam pemain yang diperbolehkan bermain di atas lapangan secara bersamaan. Dua sisanya hanya bisa masuk daftar cadangan atau bahkan tidak disertakan sama sekali.
Kini, dengan delapan pemain asing bisa turun bersamaan, pertanyaan besar pun muncul. Bagaimana nasib pemain lokal di tengah gempuran pemain asing?
Pemain Lokal Terdesak
Jika melihat komposisi tim musim lalu, situasi ini bukan hal yang baru. Dari empat besar klasemen Liga 1 2024/2025, hanya Persebaya yang menggunakan kiper lokal. Persib, Dewa United, dan Malut United semuanya menurunkan kiper asing sebagai starter.
Bahkan di papan bawah, Semen Padang, Madura United, dan PSS Sleman juga memilih opsi yang sama. Ini baru satu posisi. Di lini belakang, tengah, maupun depan, dominasi pemain asing semakin terasa.
Satu-satunya pemain lokal yang menonjol secara statistik adalah bek Persita, Muhammad Toha. Ia tampil dalam 33 dari 34 pertandingan dan mencatat waktu bermain nyaris penuh hanya absen 95 menit dari total 2.965 menit selama semusim.
Sementara itu, kiper asing Dewa United, Sonny Stevens, menjadi pemain dengan catatan bermain terbanyak tanpa satu menit pun absen sepanjang 34 pertandingan.
BACA JUGA:
PT LIB Resmi Geser Jadwal Laga Terakhir BRI Liga 1, Ini Tanggalnya
Setiap Tim Super League 2025/2026 Bisa Daftarkan 11 Pemain Asing
Persaingan yang Makin Timpang
Penambahan kuota pemain asing ini menjadi lanjutan dari perubahan regulasi yang terus dilakukan dalam dua musim terakhir. Namun di balik dalih meningkatkan kualitas liga, fakta di lapangan menunjukkan semakin sempitnya ruang bagi talenta lokal.
Kehadiran pemain dari Eropa hingga Amerika Latin memang membawa perbedaan kualitas yang mencolok. Sayangnya, kondisi ini membuat persaingan menjadi semakin tidak seimbang.
Operator kompetisi dan federasi kerap menyatakan bahwa hanya pemain lokal terbaik yang layak bermain di level tertinggi. Tapi realitanya, kesenjangan kualitas dan kesempatan membuat harapan itu terasa jauh dari kenyataan.
Perubahan nama menjadi BRI Super League seolah menegaskan arah baru sepak bola Indonesia semakin terbuka untuk pemain internasional, namun semakin jauh dari keberpihakan terhadap pembinaan dan pengembangan pemain asli Indonesia.
(Haqi/_Usk)