BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) keluarkan peringatan terkait tiga siklon tropis yang berpotensi memicu cuaca ekstrem di beberapa wilayah Indonesia.
Fenomena ini dapat menyebabkan hujan lebat, angin kencang, serta gelombang tinggi di sejumlah perairan. Lalu, apa itu siklon tropis?
Siklon tropis adalah badai berkekuatan besar yang terbentuk di atas lautan dengan suhu permukaan air melebihi 26,5°C. Fenomena ini memiliki tanda angin kencang yang berputar di sekitar pusatnya dan dapat mencapai kecepatan lebih dari 63 km/jam, menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Secara teknis, fenomena ini merupakan sistem tekanan rendah non-frontal berskala sinoptik yang berkembang di atas perairan hangat dengan pola perawanan konvektif. Dalam sistem ini, kecepatan angin maksimum setidaknya mencapai 34 knot di sebagian besar wilayah yang mengelilingi pusatnya dan berlangsung selama minimal enam jam.
Pada inti siklon tropis terdapat area dengan angin yang lebih tenang dan hampir tanpa awan, yang dikenal sebagai mata siklon. Diameter mata siklon bervariasi antara 10 hingga 100 km dan dikelilingi oleh dinding mata, yaitu zona berbentuk cincin dengan ketebalan sekitar 16 km. Di bagian ini, kecepatan angin mencapai titik tertinggi dan curah hujan paling deras terjadi.
Siklus Hidup
Siklon tropis memiliki masa hidup yang beragam, berkisar antara 3 hingga 18 hari. Karena memperoleh energi dari perairan hangat, siklon akan melemah atau bahkan punah saat bergerak menuju perairan yang lebih dingin atau memasuki daratan.
Di berbagai belahan dunia, siklon tropis memiliki sebutan berbeda. Di Samudra Pasifik Barat, badai ini terkenal sebagai “badai tropis,” “typhoon,” atau “topan.” Wilayah sekitar India dan Australia menyebutnya “siklon” atau “cyclone.” Sementara itu, di Samudra Atlantik, menggunakan istilah “hurricane.”
Fenomena ini memiliki ukuran yang bervariasi. Misalnya, Cyclone Tracy pada 1977 memiliki diameter hanya 50 km, sedangkan Typhoon Tip pada 1979 mencapai 1100 km. Wilayah pertumbuhan fenomena ini meliputi Samudra Atlantik Barat, Pasifik Timur dan Barat, Samudra Hindia bagian utara dan selatan, serta sekitar Australia dan Pasifik Selatan.
Sebagian besar fenomena ini, sekitar dua pertiga dari total kejadian, terjadi di belahan bumi utara. Sekitar 65% terbentuk di wilayah antara 10° hingga 20° lintang dari ekuator, sementara hanya sekitar 13% yang berkembang di atas lintang 20°. Pembentukan siklon tropis di daerah lintang rendah antara 0° hingga 10° dari ekuator tergolong langka.
Dengan adanya tiga peringatan dari BMKG, masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi dampaknya. Pemantauan cuaca secara berkala dan kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem menjadi langkah penting guna mengurangi risiko yang dapat berpengaruh pada berbagai sektor kehidupan.
BACA JUGA: Waspada! Tiga Jenis Siklon Tropis Landa Indonesia, Angin Kencang Melanda Jabar
Melalui sejumlah informasi di atas, apakah anda sudah mengenal apa itu siklon tropis? Adanya siklus ini, masyarakat harus waspada terhadap kemungkinan yang terjadi akibat fenomena ini.
(Virdiya/Budis)