KUNINGAN, TEROPONGMEDIA.ID — Di tengah hamparan hijau Desa Cigugur, Kecamatan Cipari, Kabupaten Kuningan, batu-batu yang sunyi menyimpan gema peradaban masa silam. Situs Cipari, sejak penemuan pertamanya menggemparkan pada 1972, telah menjadi jendela tak ternilai ke masa lalu Jawa Barat.
Di sinilah, di bawah permukaan tanah, tersembunyi kubur batu kuno beserta harta karun artefak: fragmen gerabah yang retak, gelang batu yang halus, perkakas batu yang kokoh, hingga artefak perunggu yang membisu. Bukti-bukti itu mengisyaratkan denyut kehidupan manusia yang berlangsung berabad-abad lamanya.
Penelitian arkeologi mengungkap kisah panjang Situs Cipari. Aktivitas manusia di sini diperkirakan bermula pada masa Megalitik, berkembang pesat di era Neolitik, dan terus berlanjut hingga mencapai masa Perundagian.
Rentang waktu yang mencengangkan itu membentang dari sekitar 1000 tahun Sebelum Masehi hingga 500 tahun Masehi, menjadikan Cipari sebagai saksi bisu peralihan zaman yang fundamental dalam sejarah Nusantara.
Menyadari potensi dan tanggung jawab besar yang mengiringi warisan leluhur ini, langkah konkret pun digulirkan. Pada Kamis (22/5/2025), suasana di Desa Cigugur berbeda.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi Jawa Barat, Iendra Sofyan, beserta jajarannya tiba untuk sebuah misi penting, Rapat Koordinasi dan Survei langsung guna merencanakan Penataan Situs Peninggalan Sejarah Leluhur Sunda.
Dalam pertemuan yang dihadiri oleh sejumlah pejabat kunci seperti Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Irma Yuliawantini, Analis Kebijakan Ahli Utama Sekda Jabar Iip Hidajat, Camat Cigugur, serta masyarakat adat Paseban Tri Panca Tunggal, Iendra Sofyan menegaskan komitmennya.
“Dalam rangka pelestarian warisan budaya Sunda di Jawa Barat, situs-situs peninggalan sejarah seperti ini perlu dibenahi dan dioptimalkan,” ujar Iendra dalam keterangan resminya.
Pembahasan dalam rapat berlangsung intensif, mencakup kondisi terkini lingkungan sekitar Paseban Tri Panca Tunggal yang berdekatan dengan situs, rencana pelaksanaan acara budaya besar Seren Taun yang menjadi magnet wisata, serta kemungkinan dukungan pendanaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) sebuah bank daerah.
Rapat kemudian berlanjut ke tindakan nyata: tim melakukan survei lokasi di lingkungan Paseban Tri Panca Tunggal untuk mengumpulkan data guna penyusunan rencana penataan yang komprehensif.
BACA JUGA
Situs Gunung Payung Tasikmalaya, Warisan Sejarah yang Tersembunyi
Kesenian Badeng, Jejak Syiar Para Wali di Desa Sanding Garut
Iendra Sofyan juga memandang Situs Cipari dan kearifan lokal Desa Cigugur sebagai aset wisata budaya vital di tengah pesona alam Kuningan yang sudah terkenal.
“Destinasi wisata di Kabupaten Kuningan sangat bervariatif, mulai dari gunung, perairan, dan budaya. Salah satu tempat budaya yang menjadi daya tarik juga adalah di Desa Cigugur, dan itu menjadi obyek wisata yang perlu kita lestarikan,” tegasnya.
Harapannya jelas, pelestarian situs purbakala ini bukan hanya untuk menjaga memori kolektif dan identitas Sunda, tetapi juga untuk mendongkrak perekonomian lokal serta mempertahankan warisan budaya Jawa Barat yang tak ternilai bagi generasi mendatang.
Batu-batu kuno Situs Cipari Kuningan pun seolah menanti sentuhan pelestarian yang akan menghubungkan masa lalu yang mistis dengan masa depan yang berkelanjutan.
(Aak)