BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus memperkuat sistem kesiapsiagaan bencana dengan menambah dua Kampung Siaga Bencana (KSB) baru pada tahun ini. Dua wilayah yang menjadi prioritas pengembangan adalah Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Cidadap.
Kebijakan tersebut menambah jumlah KSB yang sebelumnya hanya berada di wilayah Ujung Burung dan Mandalajati. Langkah tersebut dilakukan sebagai bentuk antisipasi terhadap meningkatnya potensi bencana alam di Kota Bandung, khususnya gempa bumi.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bandung, Soni Bakhtiyar menyatakan, bahwa penentuan wilayah baru dilakukan berdasarkan analisis risiko bencana yang menyeluruh, termasuk kajian ilmiah dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Kita melihat potensi ancaman, termasuk patahan Lembang dan potensi gempa megathrust berdasarkan hasil kajian dari ITB. Maka kita pilih kecamatan yang memiliki risiko tinggi,” ujar Soni, Selasa (6/5).
Dari total 30 kecamatan di Kota Bandung, terdapat 15 kecamatan yang telah dipetakan dan diprioritaskan untuk pengembangan KSB. Zonasi risiko—yang dibagi ke dalam zona merah, kuning, dan hijau—menjadi dasar dalam proses penentuan tersebut.
Namun membentuk KSB bukan hanya soal menetapkan lokasi. Menurut Soni, sejumlah tahapan penting harus dilalui mulai dari pelatihan warga, penyediaan alat mitigasi, penentuan titik evakuasi, hingga ketersediaan logistik dan fasilitas medis.
“Kita siapkan tempat evakuasi yang aman dari potensi dampak, berdasarkan analisis ahli dari ITB,” ujarnya.
Baca Juga:
Gawat! Kapasitas TPA Sarimukti Cuma Sekitar Sebulan Lagi, Bandung Raya Tak Punya Pilihan
Lebih lanjut, Soni menekankan pentingnya keterlibatan aktif masyarakat dalam membentuk ketangguhan menghadapi bencana. Warga di KSB dilatih untuk memahami prosedur evakuasi, penanganan darurat, serta mitigasi risiko secara mandiri.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan bantuan pemerintah. Warga harus siap, tahu apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana,” ucapnya.
Untuk mendukung kesiapsiagaan warga, kelompok masyarakat juga dibentuk dan dibina agar berperan seperti Taruna Siaga Bencana (Tagana). Mereka diharapkan menjadi garda terdepan dalam penanggulangan bencana di tingkat lokal.
Langkah ini, lanjut Soni, merupakan bagian dari komitmen jangka panjang Kota Bandung dalam membangun kota tangguh bencana. Bukan hanya dengan pendekatan infrastruktur, tetapi juga melalui peningkatan kesiapan sosial dan edukasi masyarakat.
“Bandung harus bisa menghadapi potensi bencana dengan sumber daya yang dimiliki, terutama melalui pemberdayaan warga,” katanya.
Pemkot Bandung berharap program ini dapat menjadi contoh kesiapsiagaan berbasis komunitas yang efektif, khususnya di wilayah perkotaan dengan kerentanan bencana tinggi.
(Kyy/Dist)