BANDUNG, SUAR MAHASISWA AWARDS –– Kota yang sering dijuluki Paris van Java saat ini menanggung kesulitan besar sebagai kota dengan tingkat kemacetan paling parah di Indonesia. Pernyataan terbaru dari indeks lalu lintas global TomTom Traffic Index 2025 menunjukkan bahwa Bandung telah mengalahkan Jakarta sebagai kota paling macet di Tanah Air. Bahkan, Bandung menempati peringkat yang cukup tinggi dalam daftar kota termacet di dunia.
Fenomena meningkatnya kemacetan di Bandung bukan terjadi dalam sehari. Ada beberapa faktor yang saling berkontribusi, seperti pertumbuhan kendaraan tak terkendali, pariwisata dan urbanisasi yang meledak, serta minimnya transportasi publik yang efisien.
Faktor & Aspek Tak Terduga Penyebab Kemacetan Bandung
Hal-hal itu merupakan permasalahan yang sering disebutkan penyebab melonjaknya kemacetan di Bandung. Namun, ada juga faktor dan aspek kecil tapi berdampak besar dan sering tak terduga yang ikut memperparah kemacetan di Kota Bandung, antara lain:
1. Warung dan Kedai di Pinggir Jalan
Bandung memiliki banyak warung, kedai kopi, atau angkringan yang hinggap di trotoar atau bahu jalan, terutama di malam hari. Pengunjung sering memarkir kendaraan sembarangan, mengganggu arus lalu lintas meskipun kata “sebentar” menjadi alibinya.
2. Sekolah-sekolah yang Berdekatan di Area Padat
Struktur penempatan bangunan yang kurang tepat, khususnya sekolah-sekolah yang berada dalam satu kawasan sempit di pusat kota. Jam masuk dan pulang sekolah yang berdekatan menyebabkan ledakan kendaraan antar jemput dalam waktu bersamaan.
3. Event Lokal Tanpa Koordinasi Lalu Lintas
Acara komunitas, konser kecil, festival kuliner, atau car free night sering diadakan tanpa koordinasi matang dengan dinas lalu lintas, menyebabkan jalan-jalan tertentu ditutup mendadak atau dialihkan tanpa sosialisasi cukup.
4. Hujan Ringan Saja Bisa Memperlambat Lalu Lintas
Sebagai kota dengan frekuensi hujan yang tinggi, drainase yang buruk menyebabkan genangan air meski hujan tidak deras. Genangan kecil di jalan sering membuat kendaraan melambat dan memperpanjang antrean.
5. Tingginya Frekuensi U-Turn (Putar Balik)
Di Bandung Banyak sekali titik U-turn di jalan protokol justru menjadi jebakan lalu lintas. Kendaraan yang menunggu giliran putar balik sering memotong arus lalu lintas dari arah berlawanan.
7. Lampu Merah Tak Tersinkronisasi
Beberapa persimpangan kota Bandung memiliki lampu merah yang tidak sinkron antar ruas jalan, menyebabkan kendaraan mengantre lebih lama meskipun arus kendaraan dari arah lain sebenarnya kosong.
Faktor dan Aspek ini sering kali dikira sepele, tetapi dalam skala ribuan kendaraan, akumulasi dampaknya sangat signifikan menyebabkan butterfly effect tak terduga. Hal-hal kecil ini menunjukkan bahwa solusi kemacetan tidak hanya bergantung pada infrastruktur besar, tapi juga pada disiplin dan perilaku masyarakat kota Bandung.
Penulis:
Yohanes Adinata Siahaan