BANDUNG,TM.ID: Gibran Rakabuming Raka merupakan calon wakil presiden nomor urut 02, telah menyoroti istilah “smart farming” atau pertanian pintar dalam debat cawapres pada Minggu (21/1/2024). Namun, apa sebenarnya teknologi smart farming?
Menurut Guru Besar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian UPN Veteran Jawa Timur, Teguh Soedarto, smart farming adalah sistem pertanian pintar yang menggunakan teknologi digital, mekanisasi, dan sistem pemasaran berbasis digital untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian.
Teguh menjelaskan bahwa teknologi ini melibatkan berbagai infrastruktur, termasuk robot, drone, Internet of Things (IoT), serta teknologi kecerdasan buatan seperti remote sensing, machine learning, dan modul sensor. Lahirnya konsep ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas hasil produksi dengan pemanfaatan teknologi modern.
Integrasi Teknologi
Bio Economy Research dari Jerman menjelaskan bahwa teknologi ini terkenal dengan Farming 4.0 atau digital farming. Melibatkan penerapan teknologi informasi dan data untuk mengoptimalkan sistem pertanian yang kompleks.
Integrasi smart farming dan teknologi data modern memungkinkan penanaman benih sesuai dengan lahan tertentu, memastikan proses produksi yang efisien. Penerapan teknologi informasi dan data mendukung petani dalam mengambil keputusan berdasarkan data konkrit.
Teknologi ini berdasarkan pada kontrol elektronik yang tepat, sehingga memungkinkan mesin pertanian berkomunikasi satu sama lain. Ini terjadi karena semua mesin dapat mengakses catatan data lapangan secara elektronik.
BACA JUGA: Corning Gorilla Armor Ikut Melengkapi Teknologi Samsung Galaxy S24 Ultra
Implementasinya versi Gibran
Gibran Rakabuming Raka telah mengusulkan konsep smart farming sebagai solusi untuk meningkatkan produktivitas petani dan menarik minat generasi muda dalam sektor pertanian. Bagaimana konsep ini bisa diimplementasikan?
Gibran menyoroti Kota Solo, yang memiliki pembangunan fisik monumental, namun kurang lahan pertanian. Untuk itu, instansi terkait, seperti Dispangtan (Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan) Kota Surakarta, Technopark, dan BRIDA (Badan Riset dan Inovasi Daerah), diajak untuk fokus pada teknologi ini.
Dia juga menekankan pentingnya melibatkan generasi muda dalam teknologi ini. Dengan memanfaatkan IoT untuk memantau pH tanah, mekanisasi, dan pemanfaatan drone untuk menyemprot pestisida, dia berharap dapat mengisi kekosongan di bidang pertanian dan menciptakan pusat riset dan pelatihan di Solo.
Potensi untuk Indonesia
Teknologi ini memiliki potensi besar untuk mengubah lanskap pertanian di Indonesia. Dengan mengintegrasikan teknologi dalam proses pertanian, kita dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan menarik minat generasi muda. Implementasinya dapat meningkatkan produktivitas petani melalui mekanis, teknologi modern dalam pemantauan tanaman, dan penyesuaian penanaman benih dengan kondisi lahan.
Melibatkan generasi muda dalam teknologi ini dapat menjadi kunci untuk mempertahankan dan mengembangkan sektor pertanian. Dengan teknologi yang familiar bagi mereka, ini dapat menciptakan daya tarik dan meningkatkan partisipasi dalam pertanian.
(Kaje/Usk)