BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Aprilia tengah menghadapi dilema unik dalam perjalanannya di MotoGP 2025.
Meski tampil kompetitif dan kini menempati posisi kedua klasemen konstruktor, berkat kemenangan impresif Marco Bezzecchi di GP Inggris, tim asal Noale justru bisa kehilangan keuntungan teknis yang selama ini menjadi senjata utama mereka.
Sistem konsesi MotoGP yang diperbarui sejak 2024 mengklasifikasikan pabrikan ke dalam empat tingkat (A hingga D) berdasarkan performa poin selama periode tertentu.
Ironisnya, semakin baik performa sebuah tim, semakin banyak batasan teknis yang mereka dapat. Sebaliknya, pabrikan yang tertinggal justru diberi kelonggaran, seperti pengembangan mesin bebas dan uji coba tanpa batas.
Saat ini, Aprilia berada di peringkat C, dengan akumulasi 34% poin dari total maksimum sejak GP Inggris 2024 hingga GP Ceko 2025.
Jika gagal mengamankan minimal 10 poin pada balapan akhir pekan di Brno, mereka akan tergelincir ke peringkat D, sejajar dengan Yamaha dan Honda, dua pabrikan yang sedang dalam fase membangun ulang performa mereka.
Baca Juga:
CEO Ducati Ungkap Alasan Kecelakaan Marc Marquez di MotoGP Spanyol
Namun, ketimbang panik atau sibuk menghitung poin, Aprilia memilih untuk tidak terlalu memikirkan status konsesi.
“Kami tidak terlalu peduli soal itu. Fokus kami tetap pada performa,” ujar CEO Aprilia Racing, Massimo Rivola.
Ia menyebut bahwa tujuan tim adalah tetap konsisten di trek, bukan bermain-main dengan sistem demi keuntungan jangka pendek.
“Jika kami turun ke peringkat D, ya tidak masalah. Ada keuntungannya juga. Tapi bukan itu fokus kami,” tambah Rivola.
Status peringkat D memang memberi sejumlah kemudahan, seperti kebebasan dalam pengembangan mesin dan uji coba sepanjang musim, yang bisa sangat berharga menjelang era mesin 850cc yang akan berlaku pada 2027.
Dengan performa yang meningkat, Aprilia justru menghadapi paradoks, apakah terus bersaing di depan dan menerima lebih banyak batasan teknis, atau ‘menikmati’ kegagalan kecil demi fleksibilitas pengembangan?
(Budis)