BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Ular ball python (Python regius) menjadi pilihan peliharaan yang populer di indonesia belakangan ini. Karakternya yang jinak, tubuhnya yang relatif kecil, dan motif warnanya yang eksotis membuat banyak orang jatuh hati pada spesies ini. Namun di balik kesan tenangnya, tanda ball python stres dan masalah kesehatan sangat penting diketahui bagi para pecintanya.
“Ular, termasuk ball python, adalah hewan yang pandai menyembunyikan rasa sakit,” ujar Rizky Rinaldi, herpetolog sekaligus pemilik Reptile Sanctuary Bandung. “Karena mereka bukan hewan ekspresif, kita perlu peka terhadap perubahan kecil dalam perilaku atau fisik mereka.”
Berikut beberapa tanda stres ball python atau sakit:

1. Kehilangan Nafsu Makan
Jika ball python menolak makan selama lebih dari dua minggu tanpa alasan siklikal (misalnya musim kawin atau pergantian kulit), bisa jadi ia mengalami stres atau gangguan pencernaan.
Menurut Reptifiles.com, penolakan makan bisa dipicu oleh suhu kandang yang tidak optimal, kualitas pakan yang buruk, atau bahkan trauma akibat terlalu sering dipegang.
“Perlu diingat, ular bukan mamalia—penurunan nafsu makan adalah gejala awal paling signifikan,” tulis Mariah Healey, pakar kesehatan reptil dan pendiri situs tersebut.
2. Gagal Ganti Kulit dengan Sempurna
Ular sehat akan mengganti kulitnya (shedding) secara utuh. Tapi jika kulit terkelupas sebagian atau menempel, bisa jadi ular mengalami dehidrasi, kurang kelembapan, atau infeksi kulit.
AVMA mencatat, bahwa kondisi ini juga bisa disebabkan oleh parasit eksternal, seperti tungau ular (Ophionyssus natricis), yang menimbulkan iritasi berlebih.
3. Stargazing (Melihat ke Atas Secara Abnormal)
Perilaku “stargazing”, atau ular terus-menerus menengadahkan kepala ke atas, adalah tanda gangguan neurologis. Bisa disebabkan oleh infeksi virus seperti Inclusion Body Disease (IBD) atau paparan toksin lingkungan.
AVMA menyarankan pemilik untuk segera membawa ular ke dokter hewan jika perilaku ini muncul, karena IBD bisa sangat mematikan dan menular ke spesies reptil lain.
4. Masalah Pernapasan
Desisan lembap, lendir di mulut atau hidung, dan mendengkur halus adalah gejala infeksi saluran pernapasan atas. Jika kandang terlalu lembap atau terlalu dingin, sistem imun ular bisa turun drastis.
The Spruce Pets, situs referensi peliharaan berbasis AS, menjelaskan bahwa ball python memerlukan suhu stabil: sekitar 30–32°C di area hangat dan 26–28°C di area dingin, dengan kelembapan 50–60%. Ketidakseimbangan parameter ini dapat memicu pneumonia reptil, yang membutuhkan penanganan antibiotik.
5. Aktivitas Tidak Wajar
Ball python dikenal pasif dan lebih aktif saat malam. Jika ular Anda terlihat sangat aktif di siang hari atau malah tidak bergerak sama sekali selama berhari-hari, ada kemungkinan ia mengalami stres karena lingkungan, cahaya berlebihan, atau kondisi kesehatan yang menurun.
Baca Juga:
Ritual Seba Baduy, Warga Suarakan Kebutuhan Obat Anti Bisa Ular
“Manusia Tikus” Fenomena Baru Anak Muda China yang Menolak Budaya Kerja Keras
Kapan Harus ke Dokter Hewan?
Menurut AVMA, penanganan dini adalah kunci. Jika dua atau lebih gejala di atas muncul bersamaan dan berlangsung lebih dari 3–5 hari, segera konsultasikan ke dokter hewan spesialis eksotik.
Di Indonesia, dokter hewan reptil masih terbatas, namun klinik seperti Klinik Satwa Exotic Care Indonesia dan beberapa cabang Jakarta Animal Aid Network (JAAN) sudah menyediakan layanan untuk hewan eksotik seperti ular dan kadal.
Rawatlah denga Kasih Sayang
Rizky Rinaldi menegaskan, “Ball python bukan sekadar hiasan eksotik. Mereka makhluk hidup dengan sistem biologis kompleks yang rentan stres bila tidak dipahami. Merawat mereka berarti menghormati keunikan biologis mereka.”
Dengan pemahaman yang benar, Anda bukan hanya memelihara seekor ular, tapi juga menjalin koneksi dengan makhluk yang unik dan penuh misteri.
(Dist)