JAKARTA.TM.ID: Di balik kemudahan yang diberikan uang elektronik menyimpan juga kelemahan dan risiko ketika menggunakannya.
Dikutip dari pajakku, uang elektronik mendapat beberapa kelemahan seperti risiko keamana.
Disaat berbicara tentang uang elektronik, keamanan menjadi kelemahan dan risiko yang harus diperhatikan. Risiko peretasan pada uang elektronik berbasis server dan pencurian pada uang elektronik berbasis server dan pencucian pada uang elektronik berbasis chip dapat membahayakan uang pengguna.
BACA JUGA: Destinasi Sejarah Museum Sumpah Pemuda, Mengenang Perjuangan Pahlawan Indonesia
Meskipun sistem dan kebijakan pengamanan yang digunakan dalam uang elektronik telah dirancang untuk melindungi uang elektronik, risiko kehilangan akibat permasalahan tersebut tidak dapat dihindarkan.
Penggunaan otentikasi minimal two factor authentication dan terbatasnya jumlah uang yang bisa digunakan pada uang elektronik hanya meminimalisir penyalahgunaan yang terjadi.
Penjaminan Uang Elektronik
Uang elektronik yang disimpan dalam basis server maupun ship tidak dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) karena tidak termasuk simpanan di Indonesia.
Risiko ini harus menjadikan karena berpotensi menimbulkan kerugian jika terjadi insiden hilangnya uang elektronik. Penerbit uang elektronik hanya akan bertanggungjawab dan mengganti kerugiab apabila terjadi kerusakan atau kelalain dari penerbit uang elektronik.
Selain itu, risiko lain yang terjadi disaat menggunakan uang elektronik yang unregistered. Jika terjadi penyalahgunaan pada uang elektronik, bank atau pihak penerbit tidak berkewajiban mengganti kerugian yang terjadi karena tidak terdaftar pada pihak penerbit.
BACA JUGA: Pengamat Ekonomi: Pembangunan IKN Jadi Tantangan dan Peluang Investasi
Terbatas Internet
Salah satu kelemahan utama penggunaan uang elektronik adalah keterbatasannya dalam penggunaan karena membutuhkan internet untuk melakukan pengisian ulang dan transaksi pembayaran.
Hal ini berarti tidak semua masyarakat Indonesia dapat menikmati kemudahan yang diberikan, karena tidak meratanya internet di pelosok Indonesia
Laporan wartawan Jakarta : Agus Irawan