BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Petani di Sukabumi joget TikTok viral hingga menghasilkan puluhan juta tiap bulan. Fenomena ini terkenal dengan istilah “Joget Sadbor.”
Petani di Sukabumi yang sebelumnya bekerja sebagai petani, ramai-ramai menjalankan live TikTok setiap hari dengan mengusung gaya joget khas sederhana namun sangat menghibur. Fenomena ini pertama kali dipopulerkan oleh Gunawan, pemilik akun TikTok @sadbor86.
Awalnya, Gunawan atau Sadbor ini menciptakan gerakan tarian yang awalnya ia namai “Joget Patok Ayam,” dengan gaya unik menyerupai ayam yang mematuk. Kemudian dirinya memutuskan untuk menamai tarian tersebut menjadi “Joget Sadbor,” sesuai dengan panggilan akrab untuknya dari warga kampung tersebut.
Kata-kata “Eksen bor bor beras habis bor, joget lah,” atau kata-kata kreatif lainnya yang menyinggung tentang beras habis selalu jadi pemicu sebelum sadbor dan lainnya berjoget ria dengan ritme yang sama.
Menarik Penonton TikTok
Joget Sadbor berhasil menarik perhatian penonton di TikTok, sehingga dari aktivitas live setiap hari, Gunawan dan timnya mampu meraup penghasilan mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 700 ribu per hari. Bahkan, dari total pendapatan yang diterima, mereka bisa mengumpulkan hingga Rp 21 juta dalam sebulan.
Namun ia membocorkan bahwa ia hanya mengambil sekitar 20 persen dari penghasilan totalnya. Sisanya ia bagikan kepada petani di Sukabumi lainnya yang di sebut sebagai karyawan, yang ikut serta dalam aksi joget tersebut.
“Itu kalo penghasilan Sadbor kan sama tim-tim ya, Sadbor ambil dua puluh persen, sisanya Sadbor bagikan kan ada delapan, tujuh, sepuluh orang tergantung karyawannya,” ujarnya.
Pendapatan ini tidak hanya dirasakan Gunawan sendiri, namun dibagi dengan para karyawan yang kerap kali jumlahnya bisa mencapai delapan hingga sepuluh orang.
Dalam setiap sesi live, Gunawan dan timnya pun berpindah-pindah lokasi di sekitar kampung, mulai dari area kebun hingga sawah, hal ini ia lakukan demi memberi variasi suasana kampung mereka kepada penonton.
Kata Wamentan
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono buka suara terkait petani di Sukabumi yang disebut mendadak beralih profesi menjadi konten kreator di platform TikTok. Ia mengaku tak mempermasalahkan fenomena tersebut, bahkan membela aktivitas yang dilakukan para petani tersebut.
“Terus apa salahnya? Saya kira, selama dia tidak melanggar hukum ya kita hargai,” kata Sudaryono.
Menurutnya, aktivitas itu memberi dampak positif bagi pemasukan tambahan para petani di Sukabumi. Selain itu, dia menilai aktivitas tersebut juga bisa meningkatkan publisitas kegiatan bertani bagi masyarakat luas, khususnya masyarakat perkotaan.
“Kalau alih profesi sih tidak, dia akan tetap bertani, tapi dia dapat lumayan tambahan pendapatan jadi content creator,” katanya.
Sudaryono menilai aktivitas para petani di platform TikTok tak bisa disebut menjadi faktor penyebab menurunnya angka jumlah petani setiap tahunnya.
BACA JUGA: Tiktoker Samarinda Memancing Geram Netizen, Joget-joget di Mekkah!
“Bukan karena TikTok (angka jumlah petani turun). Ini perlu kita kaji,” lanjutnya
Lebih lanjut, Sudaryono mengatakan pihaknya akan terus mendorong peningkatan jumlah petani milenial, dengan cara gencar melakukan modernisasi pertanian.
“Kita ada program namanya YES, itu program youth seperti petani millennial. Sudah jalan beberapa tahun (programnya), dan hasilnya baik, walaupun tidak semasif yang kita inginkan, tapi sebagai awalan, ini saya kira hal yang baik,” katanya.
(Kaje/Usk)