BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Dalam dunia bisnis yang bergerak sangat cepat, digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan.
Perusahaan di berbagai sektor semakin menyadari bahwa untuk tetap kompetitif dan relevan, mereka wajib melakukan transformasi digital yang sifatnya berkelanjutan.
Dalam konteks ini, buku Elephant Learns Flamenco (ELF) menyajikan analisis menarik tentang bagaimana BUMN memimpin transformasi digital di Indonesia.
Buku ini menggarisbawahi bagaimana “raksasa” yang dulu dianggap lamban, kini bergerak penuh kelincahan dengan digitalisasi.
Mereka berubah menjadi organisasi yang ramping dan adaptif yang siap menghadapi era digital.
“Ini adalah salah satu hal yang menonjol dalam kepemimpinan Erick Thohir, dimana beliau mampu menggerakan tiga strategi utama BUMN; yakni transformasi, digitalisasi, dan kolaborasi untuk membuat BUMN lebih kompetitif,” kata Yuswohady dalam Book Talk Roadshow Buku Elephant Learns Flamenco: BUMN Lincah Menari, Menuju Indonesia Emas 2045 di Auditorium Damar, Telkom University Bandung.
Acara itu dihelat pada Jumat (11/10/2024), dan mengambil tema Digitalization & Orchestration. Bandung menjadi kota kedua yang dipilih untuk rangkain roadshow buku yang diselenggarakan oleh Indonesia Brand Forum (IBF) ini.
Buku Elephants Learns Flamenco menganalisis peran dan kinerja BUMN di bawah kepemimpinan Erick Thohir selama lima tahun terakhir.
Diskusi ini dihadiri oleh para narasumber di antaranya: Honesti Basyir, Direktur Group Business Development PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk; Hariadi, Direktur Operasi dan Digital Services PT Pos Indonesia (Persero); Prof. Dr. Adiwijaya, Rektor Telkom University; dan Yuswohady penulis Buku Elephant Learns Flamenco.
Mereka bersama-sama mengeksplorasi bagaimana BUMN memanfaatkan transformasi digital untuk tetap kompetitif di kancah global sekaligus membantu Indonesia mencapai visinya untuk menjadi kekuatan ekonomi dunia pada 2045.
Yuswohady membuka diskusi dengan melihat peran kepemimpinan Erick Thohir untuk mendorong digitalisasi di BUMN.
“Pak Erick Thohir orangnya cepat. Jadi digitalisasi di BUMN itu bisa lekas diselesaikan. Itulah kekuatan eksekusi. Kami menulis 5K prinsip kepemimpinan Pak Erick, dan nomor satunya adalah kedisiplinan eksekusi. Ingat, leadership is about execution and results,” kata Yuswohady, penulis buku Elephant Learns Flamenco.
Honesti Basyir, Direktur Group Business Development Telkom Indonesia menekankan bahwa digitalisasi bukan hanya soal adopsi teknologi baru, tetapi tentang mengubah cara berpikir dan beroperasi organisasi.
Karena menurut dia digitalisasi adalah ibarat binatang bunglon yang sering berubah.
“Kalau kita bicara digital, ini bagaikan binatang bunglon yang terus berubah. Kuncinya adalah harus terus persisten untuk melakukan transformasi terus-menerus. Dengan transformasi itu memungkinkan kita menjadi lebih responsif, berorientasi pada pelanggan, dan inovatif,” ucapnya.
Ia kemudian melanjutkan, Telkom Indonesia, misalnya, telah membuat kemajuan signifikan dalam meningkatkan infrastruktur digital dan layanan mereka. Transformasi paling penting yang dilakukan Telkom Indonesia adalah shifting dari telco company ke perusahaan telekomunikasi digital (digital telco).
Di sisi yang lain, Direktur Operasi dan Digital Services Pos Indonesia Hariadi bercerita bagaimana transformasi perusahaan itu diperlukan untuk tetap relevan di era gempuran zaman digital.
” Dengan mengadopsi solusi digital, kami telah merampingkan operasi, mengurangi biaya, dan meningkatkan layanan dengan digitalisasi. Namun yang lebih penting, kami kini dipercaya untuk mengorkestrasi ekosistem logistik nasional yang lebih efisien dan terintegrasi. Pos Indonesia harus bertransformasi dari layanan pos tradisional menjadi kekuatan logistik,” jelasnya.
Hariadi menuturkan bahwa digitalisasi di Pos Indonesia itu ada dua hal. Pertama adalah digitalisasi yang berkaitan dengan pelayanan ke konsumen agar menghasilkan service excellence.
Kedua adalah digitalisasi ke wilayah internal yakni untuk mempercepat business process di Pos Indonesia.
Prof. Dr. Adiwijaya dari perspektif akademis menyoroti bagaimana digitalisasi dapat meningkatkan daya saing BUMN di tingkat global.
“Universitas dan bisnis harus bekerja sama untuk membangun ekosistem digital yang kuat. Di Telkom University, kami membangun kurikulum yang betul-betul adaptif merespon perubahaan zaman. Kami juga berkomitmen untuk mempersiapkan pemimpin masa depan dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk mendorong transformasi digital di berbagai industri,” ungkapnya.
Sinergi antara dunia pendidikan dan industri ini sangat penting untuk menghasilkan sumber daya manusia yang akan mendorong Indonesia maju.
Yuswohady, penulis Elephant Learns Flamenco, menjelaskan metafora dibalik judul bukunya. Dia menggambarkan bagaimana BUMN, yang selama ini dianggap sebagai raksasa yang bergerak lamban, kini belajar menari dengan kelincahan penari flamenco.
“Transformasi digital bagi BUMN seperti belajar menari. Ini bukan hal yang mudah, tapi sangat diperlukan. Mereka kini mengorkestrasi berbagai inovasi, dari pengalaman pelanggan hingga efisiensi operasional, untuk tetap relevan dan kompetitif,” ungkapnya.
Buku ini menyajikan studi kasus mendalam tentang bagaimana berbagai BUMN mengadopsi teknologi digital untuk mendorong efisiensi dan pertumbuhan, mengubah tantangan menjadi peluang.
Acara ini terselenggara karena dukungan Telkom Indonesia, Pos Indonesia, dan Telkom University. Book Talk Show dan Roadshow Elephant Learns Flamenco menyoroti pentingnya digitalisasi dalam mengubah BUMN Indonesia menjadi entitas yang tangkas dan kompetitif, siap memimpin bangsa menuju visi 2045. Acara ini menjadi platform bagi diskusi mendalam tentang bagaimana transformasi digital sedang membentuk lanskap bisnis Indonesia, khususnya bagi BUMN yang harus beradaptasi untuk bertahan di pasar global yang semakin kompetitif. **