Mitos Ba Arak Naga Tradisi Unik di Hulu Sungai Tengah Banjar

Ba Arak Naga Banjar
(Tangkap Layar YouTube Zhari Azhari)

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Di tengah modernisasi yang terus berkembang, sebagian masyarakat Kalimantan Selatan (Kalsel) masih memegang teguh tradisi dan budaya Banjar.

Salah satunya tradisi Ba Arak Naga dari Banjar yang sangat ramai lantaran selalu ada yang kesurupan dalam momen tersebut.

Daerah ini menjadi kiblat tumbuh kembangnya kesenian daerah di Kalsel adalah Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), tepatnya di Desa Barikin, Kecamatan Haruyan.

Di desa yang berjarak sekitar 135 km dari Kota Banjarmasin ini, berbagai kesenian dan budaya daerah berkembang pesat, mulai dari gamelan, wayang, tari, topeng, kuda gepang, seni pahat, seni rupa, japin, dan lain sebagainya.

Namun, tradisi yang paling menarik dan selalu didatangi banyak warga adalah ba arak (arak-arakan) naga.

Ba arak naga merupakan tradisi yang biasa dilakukan oleh garis keturunan Datu Taruna atau warga asli Barikin. Tradisi ini melibatkan mobil atau gerobak yang dihias dengan ornamen naga, dengan mempelai atau orang yang punya hajat.

Mereka duduk di atasnya mengenakan pakaian adat Banjar layaknya seorang raja. Mereka dikawal oleh dua orang yang berdiri di depan, mengelilingi kampung atau tempat mempelai bersanding.

Yang unik dari tradisi ini adalah sering terjadi kesurupan, baik pada warga yang menonton maupun mempelai yang menaiki kendaraan yang dihias naga. Namun, kesurupan ini tidak disertai amukan atau pingsan seperti biasanya. Justru, mereka yang kesurupan menari mengikuti irama gamelan pengiring.

Mitos Awal

Masruswian, seniman dari Dewan Kesenian Kabupaten HST, menceritakan bahwa tradisi ba arak naga sudah dilakukan selama ratusan tahun. Awalnya, tradisi ini hanya untuk hiburan pada upacara perkawinan, mengutip dari Antara.

Namun, menurut versi mitos dan cerita warga keturunan pewayangan di Desa Barikin. Dahulu kala, anggota keluarga mereka melangsungkan perkawinan dengan seorang anak tokoh adat.

Undangan yang hadir pun merupakan tokoh-tokoh adat dan orang-orang berpengaruh. Untuk memeriahkan acara, mereka membuat sebuah perahu dari kayu yang menyerupai naga, khusus untuk kedua mempelai. Perahu naga ini kemudian diarak melalui jalur sungai agar dapat disaksikan oleh warga.

Saat melewati sungai di Desa Sungai Harang, Kecamatan Haruyan, perahu naga tiba-tiba bergerak dan menjadi hidup.

Untuk menyelamatkan mempelai, salah satu keluarga mencabut mandau (parang khas Kalimantan) dan menebas kepala naga. Darah pun bercucuran dari kepala naga, dan perahu kembali ke bentuk semula. Semua penumpang selamat.

Tempat kejadian ini kini disebut warga dengan Sungai Lok Laga (teluk naga) dan menjadi salah satu objek wisata di Kabupaten HST.

Patung kepala naga yang terkena tebasan mandau tersebut masih disimpan oleh keturunan warga Barikin dan disebut dengan Naga Rimpang, yang diperkirakan berusia lebih dari 500 tahun.

Sejak kejadian itu, garis keturunan warga asli Barikin tidak lagi mengadakan pesta perkawinan dengan ba arak naga di sungai. Mereka menggantinya dengan menghias gerobak atau mobil yang dihias membentuk ornamen naga dan diarak mengelilingi kampung di jalur darat.

Meskipun demikian, tidak ada kepercayaan yang mengharuskan seluruh keturunan warga asli Barikin mengadakan tradisi ba arak naga saat menggelar acara perkawinan. Tradisi ini hanya untuk mereka yang punya hajat atau berkeinginan saja. Bahkan, saat ini siapa pun bisa melaksanakannya.

Ritual Sebelum Ba Arak

Tradisi Ba Arak Naga juga ada di daerah lain di Kalimantan Selatan maupun provinsi lain, seperti di Kabupaten Tapin dan Kabupaten Barito Kuala. Setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing.

Di Desa Barikin, sebelum mengadakan upacara ba arak naga, mereka menyiapkan dan menghias gerobak atau mobil dengan ornamen naga yang biasanya terbuat dari rangka kayu atau bambu.

Gerobak atau mobil tersebut dibungkus kain berwarna-warni untuk membentuk tubuh naga, sedangkan kepala naga biasanya sudah jadi dan disewakan oleh keturunan pewayangan di Barikin.

Terdapat dua jenis kepala naga, yaitu jantan berwarna merah dan betina berwarna putih. Masing-masing memiliki nama, seperti milik Sanggar Bima Cili Tatah Desa Barikin yang jantan bernama Gauk Saliburan Alam dan betina bernama Salira Puspa Kencana.

Sebelum acara tradisi asal Banjar ini berlangsung, orang yang punya hajat harus menyiapkan piduduk (sesajen) seperti kelapa, beras, gula merah, dan telor yang telah diberi doa berisi permohonan kepada Tuhan agar acara berjalan lancar dan aman.

Kedua mempelai juga dilakukan tapung tawar, yaitu memercikkan air yang disediakan oleh orang tua kampung yang memimpin acara, dilanjutkan dengan menghmburkan beras kuning.

Saat ba arak naga, mempelai diiringi irama gamelan dan diarak menuju tempat tujuan yang telah ditentukan. Biasanya, ada saja yang kesurupan dan menurut kepercayaan, dirasuki arwah nenek moyang mereka.

Mereka menari sepanjang jalan mengiringi irama gamelan. Namun, setelah ba arak naga tradisi asal Banjar selesai, mereka yang kesurupan kembali waras seperti biasa.

Simbol Kekuasaan

Istilah Naga berasal dari bahasa Sansakerta yang berarti ular. Makhluk mitologi ini muncul dalam berbagai kebudayaan, umumnya berwujud ular besar, tetapi ada pula yang menggambarkannya sebagai kadal bersayap dengan beberapa kepala dan dapat menghembuskan nafas api.

Naga memiliki sejarah yang berbeda-beda di sejumlah wilayah seperti India, Eropa, China, maupun Kalimantan. Dalam kebudayaan Tionghoa, naga adalah lambang kebaikan, kebenaran, keberuntungan, kekuatan, dan kemakmuran.

Dalam budaya Jawa, Naga biasanya seperti ular tak berkaki. Itu bisa sebagai penjaga mata angin, artinya bahaya dari segala arah penjuru angin. Jadi, kekuatannya sangat dahsyat untuk penangkal dan perlindungan.

Sedangkan Naga dalam kebiasaan istiadat Kalimantan, khususnya suku Dayak dan suku Banjar, sebagai simbol alam bawah. Naga digambarkan hidup di dalam cairan atau tanah dan dinamakan sebagai Naga Lipat Bumi.

Menurut kebiasaan istiadat Kalimantan, alam semesta adalah perwujudan “Dwitunggal Semesta”, yaitu alam atas yang Mahatala atau Pohotara duduki. Yang disimbolkan enggang gading (burung), sedangkan alam bawah diduduki oleh Jata atau Juata yang disimbolkan sebagai naga.

Dalam kebiasaan istiadat Banjar, alam bawah adalah milik Puteri Junjung Buih, sedangkan alam atas milik Pangeran Suryanata, pasangan suami istri yang mendirikan dinasti kerajaan Banjar.

Gambar Naga juga ada di panji atau bendera di Kesultanan Banjar yang melambangkan Sultan atau Raja muda yang bijak dan memperhatikan rakyatnya dengan baik.

Jadi, orang yang menaiki naga atau ba arak naga bisa ditafsirkan sebagai lambang kekuasaan, kepemimpinan, dan kewibawaan. Seperti para penganten yang menaiki naga dianalogikan sebagai raja dan mereka akan menjadi pemimpin terhadap keluarga dan anak-anaknya.

BACA JUGA : Tari Topeng Kesenian Asli Cirebon yang Menceritakan Kisah Cinta

Ba arak naga asal Banjar ini juga dilakukan oleh para kepala daerah atau bupati serta tokoh-tokoh berpengaruh dalam beberapa hajatan besar seperti Hari jadi kabupaten, sebagai simbol kekuasaan mereka memimpin suatu wilayah.

Terlepas dari berbagai macam mitos terkait ba arak naga. Sebenarnya tradisi tersebut lebih kepada hiburan masyarakat dalam rangka pelestarian kebudayaan dan kesenian khas daerah.

 

(Hafidah Rismayanti/Budis)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Dharma Pongrekun-Kun Wardana
KPU Jakarta: Berkas Pendaftaran Dharma-Kun Sudah Lengkap
Pertamina Tegaskan BBM Pertalite Tidak Dijual di Kawasan Orang Kaya
Pertamina Tegaskan BBM Pertalite Tidak Dijual di Kawasan Orang Kaya
KDM Bantu Pengobatan Anak yang Alami Penyempitan Usus
KDM Bantu Pengobatan Anak yang Alami Penyempitan Usus, Usai 9 Jam Dedi di Tes Kesehatan
Vicky Shu Wakil Bupati
Vicky Shu Tukar Panggung dengan Kursi Wakil Bupati, Rela Terima Gaji Rp1,8 Juta?
Pegawai Indofarma gaji nunggak
Mimpi Buruk Pegawai Indofarma: Gaji Nunggak, Beli Beras Tak Mampu!
Berita Lainnya

1

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

2

Koperasi Jasa Berkah Laksana Mandiri Kerja Sama dengan BPR LPM Bidik Pembiayaan bagi Pensiunan PNS TNI dan Polri

3

Fenomena Baru Ngamen TikTok di Kawasan BKT, Apa Penyebabnya?

4

Daftar Pajak Kijang Diesel, Semua Tipe Lengkap!

5

OJK Provinsi Jawa Barat Ajak 10.000 Mahasiswa Waspada Kejahatan Keuangan Digital
Headline
KPK Kaesang Jet Pribadi
Klarifikasi Jet Pribadi, KPK Siap Kirim Surat ke Kaesang
Health Pass Pintu Masuk Negara
Cegah Potensi Penularan Mpox, RI Terapkan Health Pass Pintu Masuk Negara
Tiga Srikandi Berduel di Pikada Jawa Timur 2024
Seru! Saat Tiga Srikandi Berduel di Pikada Jawa Timur 2024
UEFA Conference League
Chelsea Tersungkur di Markas Servette, Tapi Lolos ke Putaran Final UEFA Conference League 2024/2025