BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Jogja adalah kota budaya yang kaya akan sejarah dan keindahan alamnya. Saat berkunjung ke kota ini, ada satu hal yang tidak boleh terlewatkan yaitu bakpia Pathok. Camilan legendaris ini bukan hanya sekadar oleh-oleh, tetapi juga bagian tak terpisahkan dari pengalaman wisatamu di Jogja.
Dengan rasa manisnya yang lezat dan teksturnya yang lembut, bakpia Pathok menjadi ikon kuliner Jogja. Namun, di balik kelezatannya, terdapat sejumlah fakta menarik yang perlu kamu ketahui tentang camilan ini.
1. Pembuatan Masih Tradisional
Salah satu fakta menarik mengenai bakpia Pathok adalah proses pembuatannya yang masih sangat tradisional. Camilan ini berbentuk bulat dan bertekstur lembut dengan beragam isian mulai dari kacang hijau, keju, cokelat, hingga greentea.
Meskipun variasi rasanya beragam, bakpia ini tetap bertahan sekitar 1 minggu dalam suhu ruang karena terbuat tanpa pengawet.
2. Sejarah Pembuatan
Meski berasal dari Yogyakarta, bakpia ini sebenarnya merupakan hasil akulturasi dari makanan Tionghoa. Nama “bakpia” sendiri berasal dari kata “bak” yang berarti daging dan “pia” yang berarti kue, sementara dalam bahasa Tionghoa, kue kacang hijau disebut “tou luk pia”.
Bakpia satu ini memiliki rasa manis karena isiannya yang terbuat dari tumbukan kacang hijau. Camilan ini merupakan modifikasi dari seorang warga Tiongkok yang datang ke Jogja.
3. Asal Nama “Pathok”
Nama “Pathok” diambil dari nama jalan tempat pembuatan bakpia pertama kali oleh seorang warga Tionghoa yang tinggal di Kampung Patuk.
Awalnya, bakpia berisi daging dan dijajakan di sekitar kampung, namun karena kurang cocok dengan lidah orang Jogja, isiannya diganti dengan tumbukan kacang hijau manis gurih. Nama “Pathok” diambil dari nama jalan kampung tempat bakpia tersebut berasal.
BACA JUGA: Pasar Beringharjo: Pasar Ikonik Kota Jogja
4. Angka pada Merek Dagang
Industri pembuatan bakpia ini semakin berkembang setelah tahun 1980, sehingga muncul dua merek dagang yang terkenal, yaitu Bakpia Pathok 75 dan 25.
Kedua merek tersebut menggunakan nomor rumah sebagai merek dagang mereka, dan hal ini di ikuti oleh banyak pembuat bakpia lainnya di Jogja.
5. Kerja Sama dengan Penarik Becak
Berkembangnya industri pembuatannya di Jogja memberikan berkah bagi penarik becak yang ikut terlibat dalam memasarkan oleh-oleh khas ini.
Penarik becak tradisional membantu mengantarkan para wisatawan ke gerai bakpia Pathok tertentu, dan setiap satu dus bakpia yang pelanggan beli akan memberikan komisi kepada penarik becak.
Hal ini tidak hanya membantu para penarik becak mendapatkan pendapatan tambahan, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi kehidupan masyarakat Jogja secara keseluruhan.
Keberadaannya yang tak pernah absen dari daftar oleh-oleh saat mengunjungi Jogja menjadi bukti bahwa bakpia Pathok memang tidak boleh terlewatkan begitu saja.
(Kaje/Usk)