BOGOR, TEROPONGMEDIA.ID — Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni dan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memimpin aksi penanaman 50.000 bibit pohon di kawasan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung, Puncak Bogor, Sabtu (9/3/2025).
Kegiatan yang berlangsung di lahan eks-Warung Patra (Warpat), Cisarua, ini bertujuan memulihkan ekosistem sekaligus mencegah bencana hidrometeorologi di masa depan.
Dalam sambutannya, Raja Juli Antoni menyatakan, penanaman massal ini diharapkan dapat menghijaukan area seluas 200-300 hektare.
“Komitmen kami tidak boleh berhenti. Jangan hanya ramai saat bencana terjadi, tetapi penghijauan harus konsisten,” tegas Raja Juli, mengutip Antara.
Gubernur Dedi Mulyadi, yang turun langsung menanam, mengingatkan bahwa merawat lingkungan adalah kewajiban asasi manusia.
Ia mengutip filosofi Sunda, “Gunung kudu awian, lengkop kudu balongan, lebak kudu sawahan”, yang artinya: Gunung harus berhutan, lembah harus berkolam, dataran rendah untuk persawahan, sebagai panduan menjaga keseimbangan alam.
“Bencana awal Maret 2025 adalah peringatan. Saatnya ‘taubat ekologi’—memulihkan tanah yang tertutup beton dengan tindakan nyata,” ujarnya.
Kegiatan ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang Pemprov Jabar dan Kementerian Kehutanan untuk membuka kembali area resapan air di kawasan Puncak yang kritis.
Kedua pihak berjanji melanjutkan program serupa, mengingat DAS Ciliwung merupakan penyangga utama ekosistem Jakarta dan sekitarnya.
Adapun, taubat ekologi merujuk pada upaya restorasi lingkungan sebagai bentuk “pertobatan” atas eksploitasi alam.
Kawasan Puncak Bogor masuk dalam zona rawan longsor akibat alih fungsi lahan selama puluhan tahun. Data KLHK (2023) mencatat, 40% DAS Ciliwung kritis dan membutuhkan rehabilitasi intensif.
BACA JUGA
Pemkot Bandung Siapkan Sodetan dan Normalisasi Sungai untuk Atasi Banjir
Pusat Daerah Sepakat Penanganan Banjir Fokus Rehabilitasi Sempadan Sungai dan Ketahanan Pangan
Tentang Sungai Ciliwung
Sungai Kehidupan dan Bencana di Ibu Kota
Sungai Ciliwung, atau sering ditulis Ci Liwung, adalah salah satu sungai terpenting di Tatar Sunda dan Jawa. Mengalir sepanjang hampir 120 kilometer, sungai ini menjadi saksi bisu peradaban, sekaligus sumber bencana banjir tahunan yang kerap melanda Jakarta.
Ciliwung berhulu di dataran tinggi perbatasan Kabupaten Bogor dan Cianjur, tepatnya di mata air Gunung Gede, Gunung Pangrango, dan Telaga Saat di lereng Pegunungan Jonggol. Alirannya membentang melalui Kota Bogor, Depok, dan Jakarta, sebelum bermuara di daerah Luar Batang, dekat Pasar Ikan.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung seluas 387 km² ini berbatasan dengan DAS Ci Sadane dan Kali Grogol di barat, serta DAS Kali Sunter dan Kali Cipinang di timur. Sungai ini pernah menjadi jalur transportasi penting pada masa lalu, dengan perahu kecil mengangkut barang dagangan melintasi alirannya.
Banjir dan Manipulasi Aliran
Ciliwung dikenal sebagai sungai yang paling sering membanjiri Jakarta. Alirannya yang melintasi tengah kota dan melewati permukiman padat membuatnya rentan terhadap pendangkalan dan penyempitan. Kerusakan di hulu, terutama di kawasan Puncak dan Bogor, memperparah kondisi ini.
Sejak era kolonial Belanda, upaya pengendalian banjir telah dilakukan dengan memanipulasi aliran sungai. Di Manggarai, aliran Ciliwung dibelokkan melalui Kanal Banjir Barat yang mengarah ke Pluit, sementara Kanal Banjir Timur direncanakan menghubungkan aliran Ciliwung dengan Kali Sunter hingga Marunda.
Pintu-pintu air seperti Katulampa (Bogor), Depok, Manggarai, Karet, dan Istiqlal menjadi garda terdepan dalam memantau dan mengendalikan banjir. Selain itu, pemerintah membangun Waduk Ciawi dan Sukamahi di Megamendung, Bogor, sebagai upaya mengurangi debit air sejak dari hulu.
Ciliwung: Antara Kehidupan dan Kerusakan
Ciliwung bukan sekadar sungai. Ia adalah sumber kehidupan, sekaligus pengingat akan pentingnya menjaga alam. Namun, kerusakan ekosistem di hulu dan hilir membuat sungai ini menjadi ancaman saat musim hujan.
“Ciliwung adalah cermin bagaimana kita memperlakukan alam. Jika kita merusaknya, ia akan membalas dengan bencana,” ujar seorang aktivis lingkungan yang enggan disebutkan namanya.
Upaya penghijauan dan normalisasi sungai terus dilakukan, tetapi tanpa kesadaran kolektif, Ciliwung mungkin akan tetap menjadi sungai yang membawa berkah sekaligus bencana bagi Jakarta.
Fakta Singkat Sungai Ciliwung:
- Panjang: 120 km
- Daerah Aliran Sungai (DAS): 387 km²
- Melintasi: Bogor, Depok, Jakarta
- Pintu Air Utama: Katulampa, Depok, Manggarai, Karet, Istiqlal
- Waduk Pengendali Banjir: Ciawi dan Sukamahi (Bogor)
(Aak)