BNADUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Menyirih, tradisi mengunyah campuran pinang, daun sirih, dan kapur sirih, merupakan kebiasaan yang telah lama melekat dalam budaya masyarakat Indonesia.
Tradisi ini memiliki makna dan manfaat yang beragam, namun juga menyimpan risiko kesehatan yang perlu diperhatikan.
Tradisi menyirih di berbagai daerah di Indonesia memiliki makna yang berbeda-beda, namun secara umum membawa nilai kebaikan.
Perpaduan sirih dan pinang menjadi simbol persetubuhan atau pernikahan, dengan pinang merepresentasikan unsur “panas” dan sirih merepresentasikan unsur “dingin”.
Menyirih juga diyakini memiliki manfaat kesehatan, terutama untuk kesehatan mulut dan gigi. Proses mengunyah daun sirih dan biji pinang merangsang produksi air liur yang mengandung protein dan mineral yang baik untuk menjaga kekuatan gigi dan mencegah penyakit gusi. Air liur juga membantu membersihkan gigi dan gusi dari sisa makanan.
Selain itu, menyirih diyakini sebagai sumber energi karena biji pinang mengandung zat psikoaktif yang mirip dengan nikotin, alkohol, dan kafein.
Zat ini merangsang produksi hormon adrenalin, sehingga tubuh menjadi lebih segar dan berenergi.
Tradisi Menyirih di Berbagai Daerah
Tradisi menyirih memiliki sejarah panjang di Indonesia, terlihat dari relief di Candi Borobudur (abad ke-8) dan Candi Sojiwan (abad ke-9) yang menggambarkan orang mengunyah sirih.
Beberapa contoh tradisi menyirih di berbagai daerah:
- Aceh: Menyirih dengan menggunakan “ranub” (sirih) yang menjadi simbol pemuliaan tamu dan mengawali sebuah kegiatan.
- Nusa Tenggara Timur: Suku Atoni Pah Meto memiliki tradisi “mamat” (mengunyah sirih pinang) yang menjadi simbol komunikasi dan sopan santun.
- Melayu: Berkapur sirih dengan menggunakan Tepak Sirih menjadi tradisi yang masih dilakukan dalam upacara adat.
BACA JUGA : Mitos Presiden Tak Boleh Kunjungi Kediri
Bahaya Menyirih Bagi Kesehatan
Meskipun memiliki manfaat, para ahli kesehatan mulai memperingatkan bahaya menyirih bagi kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa menyirih berisiko menyebabkan berbagai penyakit, seperti:
- Kanker Mulut: Campuran daun sirih, biji pinang, kapur, dan tembakau bersifat karsinogenik (memicu kanker). Menyirih dalam jangka panjang meningkatkan risiko kanker mulut, kanker esofagus, kanker tenggorokan, kanker laring, dan kanker pipi.
- Luka di Rongga Mulut: Campuran bahan-bahan menyirih bersifat keras bagi mulut, sehingga meningkatkan risiko lesi mukosa mulut (luka di rongga mulut).
- Gangguan pada Janin: Menyirih saat hamil berisiko menyebabkan perubahan genetik pada DNA janin, yang dapat membahayakan kandungan dan menyebabkan kecacatan janin.
Menyirih merupakan tradisi yang kaya makna dan manfaat bagi masyarakat Indonesia. Namun, penting untuk menyadari risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh kebiasaan ini. Penting untuk memilih tradisi yang bermanfaat dan aman bagi kesehatan.
(Hafidah Rismayanti/Usk)