BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Penggunanaan jubah warna orange yang biasa dipakai oleh biksu Buddha, kerap menjadi perhatian. Lalu, apakah penggunaan warna orange pada jubah biksu Buddha memiliki arti atau simbol tertentu?
Warna orange yang dipilih oleh biksu tersebut, ialah warna yang tidak dipilih secara sembarang. Terdapat sejarah panjang dan simbolisme yang mendalam dalam tradisi Buddhisme, pada penggunaan warna tersebut.
Asal Usul dan Sejarah Jubah Orange
Penggunaan jubah orange oleh para biksu Buddha dapat ditelusuri kembali ke masa Buddha Gautama sekitar 2.500 tahun yang lalu.
Pada zaman itu, kain yang digunakan oleh biksu biasanya merupakan kain yang telah dibuang atau didonasikan oleh masyarakat.
Kain-kain ini kemudian dicelup menggunakan pewarna alami yang mudah ditemukan, seperti kulit kayu, akar, dan bunga.
Pewarna-pengarah ini sering menghasilkan warna orange atau coklat kekuningan.
Pilihan warna orange bukan hanya karena alasan praktis. Pada masa itu, kain berwarna ini lebih murah dan mudah didapatkan.
Para biksu, yang hidup dalam kesederhanaan dan menolak kemewahan duniawi, menemukan bahwa kain berwarna ini cocok untuk gaya hidup mereka yang sederhana dan tidak mementingkan penampilan.
Simbolisme dalam Buddhisme
Warna orange dalam tradisi Buddhisme melambangkan api, yang dianggap sebagai simbol pencerahan.
Api memiliki kekuatan untuk membakar segala bentuk kegelapan dan kebodohan. Dalam konteks ini, warna orange mencerminkan pembakaran nafsu, kebodohan, dan kemelekatan duniawi.
Biksu yang mengenakan jubah orange menunjukkan komitmen mereka untuk membebaskan diri dari segala bentuk keterikatan dan mencapai pencerahan.
Selain itu, warna orange juga melambangkan kesucian dan kebijaksanaan.
Para biksu yang mengenakan jubah ini diharapkan hidup dalam kebijaksanaan, menjalani kehidupan yang penuh dengan meditasi, dan mengikuti ajaran Buddha dengan disiplin yang ketat.
Praktik dan Tradisi
Dalam banyak tradisi Buddhis, mengenakan jubah orange juga merupakan simbol keseragaman dan persaudaraan di antara para biksu.
Warna ini menciptakan kesetaraan dan menghilangkan perbedaan kelas atau status di antara para biksu.
Ini juga membantu biksu untuk tetap fokus pada tujuan spiritual mereka tanpa terganggu oleh penampilan atau mode pakaian.
Jubah orange yang dikenakan oleh biksu juga memiliki berbagai variasi di seluruh dunia.
Di Thailand, Myanmar, dan Sri Lanka, misalnya, warna dan gaya jubah bisa sedikit berbeda, tetapi prinsip di balik penggunaannya tetap sama.
Warna orange tetap menjadi pilihan utama karena alasan historis, simbolis, dan praktis.
Penggunaan warna orange pada jubah biksu Buddha bukanlah pilihan acak. Ini adalah hasil dari tradisi panjang yang mencerminkan kesederhanaan, kesucian, dan komitmen terhadap pencerahan.
BACA JUGA: Rombongan Biksu Jalan Kaki dari Thailand Sudah Tiba di Magelang
Melalui warna ini, para biksu menunjukkan dedikasi mereka untuk menjalani kehidupan yang bebas dari kemelekatan duniawi dan penuh dengan kebijaksanaan.
Dengan demikian, dengan segala simbolisme, warna orange merupakan identitas para biksu Buddha seluruh dunia, yang telah menjadi ciri khas.
(Vini/Budis)