UJUNG KULON, TEROPONGMEDIA.ID — Tim konservasi melakukan persiapan matang untuk proses translokasi badak jawa (Rhinoceros sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon pada 2-6 Juni 2025.
“Hai Sobat BacuSa dan #SahabatBadak! Pada 2–3 Juni 2025, tim melakukan pemindahan kandang angkut badak ke lokasi translokasi badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon,” demikian disampaikan Instagram Badak Indonesia, dikutip Minggu (6/7).
Kandang angkut khusus telah dipindahkan ke lokasi dan melalui pemeriksaan ketat untuk memastikan keamanan selama proses pemindahan satwa langka tersebut.
Tim memverifikasi kekuatan dan keamanan kandang angkut sebelum digunakan untuk translokasi,” ujar perwakilan tim di lapangan.
Persiapan juga mencakup serangkaian kegiatan penting oleh tim medis dan pakar, termasuk diskusi veteriner, penilaian etika (ETHAS), serta finalisasi kebutuhan teknis di Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA).
Sebagai satwa endemik Indonesia yang statusnya kritis, setiap tahap translokasi badak jawa dilakukan dengan pertimbangan matang untuk menjamin keselamatan dan kesejahteraan satwa.
Proses ini merupakan bagian dari upaya konservasi untuk menjaga populasi badak jawa yang hanya tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon.

BACA JUGA
Buru Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon, Suhendi Divonis 12 Tahun Bui
Kebun Binatang Bandung Tutup Gegara Konflik Manajemen, 7 Satwa Mati
Simulasi Translokasi Badak Cula Satu
Sebelumnya, Kementerian Kehutanan (Kemenhut) melalui Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) terus mengupayakan pelestarian Badak Jawa dengan merencanakan translokasi individu terpilih ke area penangkaran khusus, Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA). Proses ini dilaksanakan dengan dukungan TNI AL, Yayasan Badak Indonesia (YABI), dan sejumlah mitra konservasi lainnya.
Dirjen KSDAE, Satyawan Pudyatmoko menjelaskan perlunya dilakukan translokasi. Salah satu fungsinya yaitu untuk program breeding guna membantu meningkatkan keanekaragaman genetik populasi badak.
“Kondisi populasi Badak Jawa di alam ada indikasi penurunan varietas genetik. Sehingga translokasi ke JRSCA juga dapat membantu mencegah terjadinya inbreeding dan memperkuat ketahanan genetik populasi badak Jawa,” kata Satyawan dalam keterangan resmi.
Translokasi direncanakan dari habitat alami Badak Jawa di Semenanjung Ujung Kulon menuju JRSCA di Desa Ujungjaya, Kabupaten Pandeglang. Keduanya masih berada dalam wilayah Taman Nasional Ujung Kulon dan berjarak sekitar 14 kilometer dengan melintasi laut.
Untuk mempersiapkan proses ini, Batalyon Kendaraan Amfibi Pengangkut Artileri (Yonkapa) 1 Marinir menggelar simulasi penggunaan Ranpur Kapa K-61 di Jakarta pada Rabu (28/5), guna menguji kemampuan angkut kandang Badak Jawa melintasi laut.
“Simulasi ini penting untuk memastikan proses translokasi berjalan aman dan minim risiko, mengingat jarak tempuh lintas laut cukup panjang,” ujar Satyawan.
Ia menambahkan bahwa keterlibatan Korps Marinir dalam pelestarian satwa langka juga merupakan bentuk kolaborasi strategis lintas sektor.
Menanggapi hal tersebut, Komandan Yonkapa 1 Marinir, Mayor (Mar) Bayhaky C. Chipta, menyampaikan bahwa kegiatan ini juga merupakan bagian dari kesiapsiagaan TNI AL dalam mendukung evakuasi satwa liar saat terjadi bencana alam seperti tsunami, letusan gunung, atau kebakaran hutan.
Ranpur K-61 diuji kemampuannya dalam membawa kandang transportasi dengan memperhatikan aspek keselamatan, kestabilan, dan efisiensi mobilisasi di laut maupun darat.
Kandang transportasi yang digunakan dalam simulasi dirancang khusus agar memenuhi standar kenyamanan dan keamanan satwa, dilengkapi sistem ventilasi serta penyangga untuk meminimalisir guncangan. Kandang ini memiliki berat sekitar 1 ton, sementara berat Badak Jawa yang disimulasikan mencapai 1,6 ton.
Simulasi ini menunjukkan bahwa Ranpur Kapa K-61 sangat layak digunakan untuk translokasi Badak Jawa, membuka harapan baru dalam upaya konservasi spesies langka ini di habitat yang lebih aman dan terkontrol.
(Aak)