BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Indonesia kaya akan seni pertunjukan wayang, dengan Wayang Golek dan Wayang Potehi sebagai dua contoh yang menonjol.
Meskipun berbeda latar belakang budaya, keduanya memiliki daya tarik dan nilai estetika yang tinggi. Berikut perbedaan pementasan dari kedua wayang tersebut yang berhasil Teropong Media rangkum.
Wayang Golek
Wayang Golek terbuat dari kayu yang diukir dan diraut, terdiri dari kepala, tubuh, dan tangan yang dapat dipisahkan dan dihubungkan oleh “gagang” (batang kayu kecil). Kesenian wayang ini biasanya mengenakan pakaian tenun berwarna-warni.
Pementasan Wayang Golek
Dalang duduk di belakang layar, memanipulasi wayang yang ditancapkan pada “gedebog” (batang pisang). Pertunjukan diawali dengan “nyandra” (prolog), kemudian dalang memainkan wayang dengan menggerakkan kepala dan tangan, menggambarkan berbagai aksi seperti berbicara, jatuh, berlari, dan berkelahi.
Musik pengiring menggunakan alat tradisional seperti rebab, gambang, kendang, gong, dan gamelan.
Awalnya hanya dipertunjukkan malam hari, kini juga di siang hari, bahkan di sekolah, kampus, dan televisi. Lakonnya umumnya berasal dari Ramayana dan Mahabharata.
BACA JUGA : Mengenal Tradisi Seni Pertunjukan Wayang di Indonesia
Wayang Potehi
Pembuatan Wayang Potehi terpusat di Gudo, Jombang, khususnya di Klenteng Hong Sang Kiong. Bentuk wayang terinspirasi dari wayang kuno, patung-patung di klenteng, dan lain sebagainya.
Pementasan Wayang Potehi
Wayang Potehi awalnya dipentaskan dalam bahasa Tionghoa (dialek Min Nan), namun setelah dikeluarkannya PP No. 10/1959, menggunakan Bahasa Indonesia.
Pertunjukan sering diadakan di klenteng, untuk ritual dan persembahan kepada dewa-dewi. Durasi pertunjukan bervariasi, dari satu hari hingga tiga bulan, tergantung permintaan. Cerita yang dimainkan dipilih melalui ritual persembahan.
Alat musik yang digunakan antara lain dongko (kendang), twalo (gembreng), siau lo (gembreng kecil), twabak (simbal besar), siau bak (simbal kecil), terompet, seruling, erhu, dan rebab.
Pertunjukan diawali dengan persembahan dan sembahyang, dilanjutkan dengan musik, cerita, dan diakhiri dengan ucapan terima kasih dan penampilan wayang pengantin.
(Hafidah Rismayanti/Aak)