BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Tumpukan sampah di Pasar Gedebage, Jl. Soekarno Hatta, Mekar Mulya, Kecamatan Panyileukan, menjadi salah satu masalah yang tak kunjung terselesaikan.
Akibat dari tumpukan sampah tersebut, bertahun-tahun Jalan Soekarno Hatta selalu dilanda banjir.
Salah satu penjual, Ai (37) menjelaskan tumpukan sampah di pasar tersebut sudah ada sejak lama. Ia juga mengeluhkan tentang bau sampah yang sangat menggangu meskipun setiap hari sampah-sampah di Pasar Gedebage selalu diangkut.
“Iya bau nyengat padahal biasanya suka diangkut setiap hari,” jelasnya.
Ai juga mengeluhkan tentang iuran yang tidak berdampak pada sampah dan tetap menumpuk setiap harinya.
“Iurannya sehari 5.000. Gak ada dampaknya, soalnya masih numpuk sampah juga,” ujarnya.
Selain itu, salah satu warga setempat, Asep (22) juga mengeluhkan tentang tumpukan sampah yang terkadang diangkut hanya ketika sampahnya sudah menumpuk saja.
“Sampah biasanya diangkut kalau udah banyak aja. Nunggu banyak aja baru diangkut,” tuturnya.
Asep mengungkapkan tumpukan sampah di pasar tersebut bukan berasal dari pedagang saja, melainkani berasal dari warga setempat yang membuang sampah sembarangan di area pasar. Selain itu, tumpukan sampah di Pasar Gedebage menjadi penyebab datangnya banjir.
“Warga juga sering yang buang sampah sembarangan, udah sering diingatkan. Jadinya suka banjir, volume airnya naik karena sampah. Biasanya sampe selutut,” ungkapnya.
Sebagai warga setempat, Asep (22) berharap area ini bisa bersih, karena menurutnya area pasar haruslah bersih dan agar nyaman untuk warga sekitar.
“Harapan saya, harus bersihlah. Namanya juga pasar, ya harus bersih. Biar nyaman juga,” ungkapnya.
Menanggapi hal tersebut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) berpendapat tumpukan sampah di Pasar Gedebage disebabkan oleh banyak faktor, seperti tingginya curah hujan, kondisi kapasitas saluran drainase, tingkat serapan air, dan salah satunya disebabkan oleh sampah yang menyumbat saluran drainase.
BACA JUGA: Bank Sampah Nuri Hadir sebagai Solusi di Tengah Krisis Lingkungan di Bandung Raya
DLH Kota Bandung juga memberikan solusi terkait permasalahan tersebut. Direncanakan akan dibangun dan dioperasionalkan dua Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dengan teknologi Refuse Derived Fuel (RDF).
Satu TPST merupakan kolaborasi antara Perumda Pasar dan DLH Kota Bandung, dengan DLH Kota Bandung berperan dalam penyediaan mesin-mesin pengolah sampah berupa conveyor pemilah, conveyor feeder, mesin centris, mesin shredder, mesin crusher, dan ball press.
Nantinya peralatan tersebut ditempatkan dan dioperasionalkan oleh Perumda Pasar di Pasar Gedebage yang merupakan lahan milik Perumda Pasar.
Sistem pengolahan sampah di TPST ini dapat mengolah sampah dengan kapasitas sebesar 10 ton perhari dan direncanakan akan beroperasi pada akhir Januari 2025.
Untuk satu TPST lainnya, direncanakan akan dibangun dan dikembangkan melalui Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT. Pertamina (Persero).
Pasar Gedebage akan menerima CSR berupa pembangunan hanggar dan mesin-mesin pengolahan sampah yang hasil olahan organiknya akan dimanfaatkan melalui magotisasi dan kompos.
Sedangkan untuk sampah anorganiknya akan menghasilkan RDF untuk digunakan sebagai bahan bakar pengganti batu bara di industri tekstil atau industri semen.
(Magang UIN SGD/Khansa Az-Zahra-Aak)