DEPOK, TEROPONGMEDIA.ID — Tradisi Ngerowahin atau Ruwahan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Depok, khususnya yang berakar pada budaya Betawi.
Ritual ini mengandung makna spiritual yang dalam sekaligus mempererat ikatan sosial warga.
Haji Maksum, salah seorang tokoh masyarakat Depok, menjelaskan bahwa tradisi ini pada dasarnya merupakan bentuk doa kolektif sebelum menyelenggarakan acara penting.
Tujuannya untuk memohon keselamatan, kelancaran, dan keberkahan dari Yang Maha Kuasa.
“Ruwahan adalah permohonan doa di awal sebelum kegiatan dilaksanakan. Selain memohon kelancaran acara, kita juga mendoakan arwah leluhur yang telah mendahului kita,” jelas Haji Maksum, mengutip Berita Depok, Rabu (14/05/25).
Lebih dari sekadar ritual doa, tradisi ini juga mengandung unsur berbagi. Para undangan yang hadir biasanya disuguhi jamuan sebagai wujud rasa syukur dan penghormatan.
“Ketika doa dilakukan secara bersama-sama, insya Allah lebih mustajab. Penyediaan jamuan untuk tamu juga menjadi bagian dari sedekah dalam tradisi ini,” terangnya.
BACA JUGA
Melestarikan Seni Tradisi Indramayu: Wayang Kulit, Berokan, Jaran Lumping
Tradisi Seba Baduy, Ribuan Warga Jalan Kaki ke Pendopo Bupati
Haji Maksum menambahkan, Ngerowahin juga memiliki dimensi tawassul, yaitu menghubungkan doa melalui perantaraan orang-orang saleh mulai dari nabi, wali, hingga para leluhur.
“Esensinya, Ruwahan adalah ikhtiar bersama agar kegiatan berjalan mulus, semua pihak yang terlibat diberikan kesehatan dan kemudahan, baik penyelenggara, pedagang, maupun masyarakat yang berpartisipasi,” ujarnya.
Dalam konteks masyarakat Depok, lanjutnya, tradisi ini sering dilaksanakan menjelang bulan Ramadan sebagai bentuk pembersihan diri secara lahir dan batin.
“Biasanya masyarakat membersihkan rumah dan perabotan, sebagai simbol penyucian diri menyambut bulan suci Ramadan. Ini mencerminkan kesiapan fisik dan spiritual menghadapi bulan yang mulia,” paparnya.
“Ngerowahin pada hakikatnya merupakan perwujudan ketulusan dalam berdoa dan berbagi, yang merupakan bagian integral dari kehidupan beribadah kita,” pungkas Haji Maksum menutup penjelasan.
(Aak)