Site icon Teropong Media

Tradisi Bantaian: Filosofi dan Makna dalam Pernikahan Adat Sunda

Tradisi Bantaian

(istockphoto)

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Tradisi bantaian merupakan serangkaian acara adat yang menjadi bagian penting dalam pernikahan adat Sunda.

Prosesi ini dilakukan setelah akad nikah dan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu meuleum jeung meunggaskeun harupat (melempar dan membakar kemenyan), nincak endog (menginjak telur), sibanyo (mandi bersama), dan meupeuskeun kendi (memecahkan kendi).

Setiap tahap dalam tradisi bantaian memiliki makna dan filosofi yang mendalam, bertujuan untuk menasehati kedua pengantin dalam membangun rumah tangga yang penuh kasih sayang dan kebahagiaan.

Filosofi Tradisi Bantaian

Tradisi Prosesi Bantaian

Tradisi bantaian umumnya diawali dengan beberapa adat lain seperti:

Setiap tahap memiliki makna tersendiri dalam membangun ikatan keluarga yang kuat.

Makna Tradisi Meuleum Harupat

Tradisi melempar dan membakar kemenyan memiliki makna bahwa suami harus mampu menahan amarah ketika istri melakukan kesalahan. Amarah adalah bara api yang dilemparkan setan ke dalam hati manusia, sehingga penting untuk mengendalikannya.

Makna Tradisi Nincak Endog

Dalam prosesi nincak endog, pengantin pria menginjak telur di balik papan atau coet dan elekan (batang bambu muda). Kemudian pengantin wanita mencuci kaki pengantin pria.

Meskipun ada pandangan bahwa prosesi ini menimbulkan pemborosan, makna yang terkandung adalah mengajarkan pasangan baru untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

BACA JUGA : Tradisi Upacara Grebeg Suro dengan Ponorogo

Makna Tradisi Meupeuskeun Kendi

Kendi yang dipegang bersama oleh kedua pengantin, melambangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah dan tidak ada alasan untuk merasa sombong. Prosesi ini juga mengajarkan pentingnya kesatuan hati, prinsip, dan tujuan dalam membangun rumah tangga yang bahagia.

Tradisi Bantaian dalam Penerapan Nilai-nilai KeIslaman

Hubungan antara hukum adat dan hukum Islam menjadi perdebatan yang menarik. Tradisi bantaian, meskipun memiliki beberapa aspek yang perlu untuk mengkaji lebih lanjut.

Menunjukkan bahwa adat istiadat dapat selaras dengan nilai-nilai keislaman, selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Tradisi bantaian merupakan warisan budaya yang kaya makna dan filosofi, mencerminkan nilai-nilai luhur dalam membangun keluarga yang harmonis dan bahagia.

 

(Hafidah Rismayanti/Aak)

Exit mobile version