BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Saat dua petarung elite bertemu untuk memperebutkan gelar, ketegangan biasanya mendominasi.
Namun, yang terjadi pada sesi face-off UFC 317 antara Ilia Topuria dan Charles Oliveira justru sebaliknya: momen saling menghargai, tanpa dendam, tapi dengan ambisi membara.
Dalam video resmi UFC yang diunggah di YouTube, kedua petarung saling berjabat tangan dan berpelukan setelah konferensi pers.
Mereka terlibat percakapan panjang selama sesi face-off, namun isi pembicaraan mereka sepenuhnya bersifat profesional tentang bisnis dan pertarungan yang akan datang, bukan soal ego atau provokasi.
“Saya akan menyelesaikannya di ronde pertama,” ucap Topuria, yang siap menjalani debutnya di divisi kelas ringan (70,3 kg) setelah sebelumnya berstatus sebagai juara kelas bulu UFC.
Sementara itu, Oliveira salah satu petarung paling berbahaya dan disegani dalam sejarah divisi ringan UFC—menerima tantangan itu dengan kepala dingin.
Petarung Brasil yang dikenal dengan kemampuan jiu-jitsu dan agresivitas menyerangnya ini enggan terpengaruh oleh omongan lawan. Fokusnya hanya satu: merebut kembali gelar yang pernah ia pegang.
Dengan catatan kemenangan besar atas nama-nama seperti Dustin Poirier, Justin Gaethje, dan Michael Chandler, Oliveira menatap pertarungan ini sebagai upaya memulihkan statusnya sebagai yang terbaik di divisi lightweight, setelah gelar tersebut dikosongkan oleh Islam Makhachev yang kini naik ke kelas welter.
Baca Juga:
UFC 317: Ilia Topuria dan Charles Oliveira Berebut Tahta Ringan
UFC 317 – Laga Utama dan Co-Main Event
Lokasi: T-Mobile Arena, Las Vegas
Waktu: Sabtu malam (28 Juni) waktu setempat / Minggu pagi (29 Juni) WIB
Main Event:
Ilia Topuria vs Charles Oliveira
Perebutan gelar kelas ringan UFC yang kosong
Co-Main Event:
Alexander Pantoja vs Kai Kara-France
Perebutan gelar kelas terbang (56,7 kg)
Pantoja memburu kemenangan keempat beruntun dalam perebutan sabuk, sementara Kara-France datang dengan semangat besar untuk membuat kejutan di laga gelar perdananya.
UFC 317 tak hanya mempertemukan kekuatan, tetapi juga kelas dan respek antar petarung, sebuah atmosfer langka di dunia MMA modern yang biasanya dipenuhi provokasi.
(Budis)