BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Latihan teater tak hanya sekadar berakting, tetapi juga melibatkan teknik olah tubuh, pikiran, dan suara untuk meningkatkan kemampuan peran sebagai aktor dan mengembangkan imajinasi.
Berikut penjelasan lebih lanjut tentang teknik-teknik tersebut:
A. Olah Tubuh
Olah tubuh merupakan proses pembebasan kesadaran atas elastisitas tubuh untuk menghadirkan gambaran pemeran teater yang tepat. Seorang aktor harus menguasai tubuhnya agar sesuai dengan karakter yang akan dimainkan.
Hal ini penting agar penonton dapat menikmati pertunjukan teater dan merasakan kecocokan antara peran dengan karakternya.
Latihan olah tubuh dilakukan dalam tiga tahap:
- Pemanasan: Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi dan merileksasikan otot secara bertahap, mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala.
- Latihan Inti: Tahap ini fokus pada pembentukan ketahanan tubuh, kelenturan tubuh, dan ketangkasan fisik.
- Pendinginan: Tahap akhir dari olah tubuh yang bertujuan untuk menyegarkan kembali kondisi tubuh.
B. Olah Suara
Suara merupakan unsur penting dalam kesenian teater dan berhubungan erat dengan pendengaran. Olah suara dalam latihan teater bertujuan untuk melatih aktor mengucapkan suara secara jelas dan nyaring, sehingga dapat menjiwai karakter melalui suara.
Warna suara juga harus tepat dan disesuaikan dengan watak, umur, dan keadaan sosial peran tersebut. Oleh karena itu, seorang aktor harus terus berlatih olah suara agar dapat memainkan peran secara proposional.
Suara menjadi bagian penting dalam teater karena dialog membutuhkan kekuatan suara yang khas. Melalui suara, rasa dan pikiran disampaikan kepada penonton.
Dengan begitu, penonton bisa merasakan keras lembutnya, tinggi rendahnya, dan cepat lambatnya dialog sesuai dengan situasi dan kondisi emosi karakter.
BACA JUGA : 3 Perbedaan Drama dengan Teater
C. Olah Rasa
Olah rasa bertujuan untuk melatih kepekaan rasa, sehingga aktor dapat menghayati karakter peran dan emosi tokoh yang dimainkan.
Latihan olah rasa tidak bisa disepelekan dan perlu diasah hingga rasa peka terhadap tokoh lebih mudah muncul. Tidak hanya ekspresi dan rasa tokoh yang diperankan yang perlu diperdalam, tetapi juga respons terhadap ekspresi dan rasa tokoh lain.
Jika tidak dilatih dengan benar, seorang pemeran teater biasanya hanya mementingkan ekspresi tanpa rasa. Padahal, ketika memainkan teater, kita tidak hanya peka terhadap diri sendiri, tapi juga pada lawan main.
Latihan olah rasa dimulai dari konsentrasi, mempelajari gerak-gerik tubuh, dan imajinasi.
Nah, itulah penjelasan tentang latihan olah tubuh, olah suara, dan olah rasa yang dilakukan dalam latihan kesenian teater. Semoga informasi ini bermanfaat!
(Hafidah Rismayanti/Usk)